Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rumah
ilustrasi rumah (pexels.com/Joppe Beurskens)

Dinding doa kutenun dari benang malam sunyi
Batu rindu retak, tanganku letih rangkai fondasi
Kau acuh Tuan di tepian bayang hujan duka
Aku gali akar cinta dalam tanah basah air mata

Pilar harapan kuukir dari kabut mimpi yang memudar
Balok kenangan kuikat namun kau tak angkat tangan
Kau duduk di dalam gelap membiar badai uji tegar
Aku tanam bunga harapan yang layu tanpa embun kasihmu

Pintu jiwaku terbuka lebar sambut langkahmu yang hampa
Lantai retak dari beban sendirian, tak kau usah perbaiki
Dinding ini kuberi warna mimpi kita yang pudar
Kau acuh, angin malam curi kehangatan

Jendela kupoles sampai jernih bayangmu hanya melintas samar
Api kecil hatiku kujaga meski dingin merayap bagai ular
Rumah ini milikku, fondasi lukaku peluk
Kau tak bangun Tuan, aku tegak walau angin hempas sendirian

Rumah ini berdiri kokoh dari perjuanganku yang tak tergoyahkan
Cinta menjadi benteng yang kupelihara sambil menutup pintu
Mungkin suatu hari kau pulang, tetapi kini aku belajar
Bahwasanya perempuan ini tak lagi menunggu tanganmu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team