Di hadapan kaca buram itu
Seperti gema yang kehilangan suara
Atau hujan yang lupa pada awan tempat ia dilahirkan
Kaca itu retak oleh waktu
Oleh desir langkah yang terlalu sering menunda pulang
Oleh wajah-wajah yang singgah tanpa benar-benar melihat
Meninggalkan debu kenangan yang terus menebal
Di sudut-sudut yang jarang disentuh harapan
Meraba pada permukaannya
Namun jari menyentuh dingin yang samar
Seperti pecahan berserakan
Kaca buram itu sesungguhnya bukan jendela
