Sebuah angan tumbuh dari senyap,
dari malam-malam yang tak butuh sebab.
Ia bukan harap yang berisik di dada,
hanya bayangan tenang tentang esok yang sederhana.
Mungkin tak semua akan sampai,
ada yang gugur sebelum sempat disampai.
Tapi angan ini tak butuh tepuk tangan,
cukup mengakar diam-diam dalam kenyataan.
Ia tahu dunia tak selalu ramah,
bahwa cinta pun bisa patah tanpa salah.
Namun tetap ia jaga dengan sisa percaya,
meski hati tahu: tak semua ingin harus punya.
Dan kelak jika waktu menggulung segalanya,
biarlah angan ini tetap tinggal di dada.
Bukan untuk dimenangkan atau dibuktikan,
tapi untuk dikenang sebagai sesuatu yang pernah ditanam—
dengan tulus, dan tanpa paksaan.