Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Jason Briscoe
unsplash.com/Jason Briscoe

Kita hanya diam tak bergeming
Dari tadi hanya sibuk mengaduk-aduk kopi 
Tak ada sepatah kata
Perlahan aku segan

Secangkir kopi tubruk mulai dingin
Nikmatnya berkurang dibandingkan tegukan pertama 
Jarum arlojiku terus berputar
Tak ada yang berubah
Kau masih diam,  aku pun juga 

Kucoba menumpas ego demi berujar kata
Namun entahlah, kopi seolah menyulap lidahku kelu
Pelan-pelan kutatap wajah dinginmu
Berharap ada senyum yang kau beri
Namun mimpiku rasanya terlalu tinggi 
Tak ada yang berubah
Kau masih diam,  aku pun juga 

Ah...sudahlah
Aku mulai bosan
Air mukamu tak juga berubah
Kumulai pasrah, sobat
Mungkin salahku padamu setinggi gunung 

Tiba tiba keberanian menyengat jiwaku
Kutumpahkan kata-kata 
Kepadamu, ku akui dosa
Maafmu adalah penawar hati ini
Biarlah mereka berkata apa
Kau dan aku adalah sahabat yang pernah berikrar setia

Secangkir kopi tubruk dingin kuteguk nikmat 
Sanubariku dihujani lega
Ku bersyukur Tuhan,  hamba-Mu rupanya pemaaf

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team