Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suara bumi (unsplash.com/Dawid Zawiła)

Aku adalah Bumi,
yang kau injak setiap hari,
tulang punggung kehidupan,
rumah segala makhluk tanpa pandang batasan.

Aku menawarkan langit biru,
hujan yang membasahi jiwamu,
dan tanah subur penuh harapan,
tapi kini, aku mulai kepayahan.

Hutan-hutanku menangis pilu,
hilang terkapar, jadi abu,
sungai-sungaiku tak lagi menderu,
tersumbat limbah yang kau ramu.

Udara yang dulu penuh kehidupan,
kini sesak dalam deru polusi,
lautan yang dulu berbisik tenang,
kini berteriak menahan racun plastik ini.

Namun aku belum menyerah,
aku masih berputar untukmu,
memberikan siang dan malam,
agar kau tahu, aku masih ada.

Dengarlah, wahai anak-anakku,
rawatlah aku dengan kasihmu,
karena aku bukan abadi,
aku hanya titipan untukmu hari ini.

Jika kau mencintaiku,
tanamlah pohon harapan,
jaga air kehidupan,
dan bisikkan janji perlindungan.

Aku adalah Bumi,
aku adalah kamu,
selama kita bersatu,
hidup ini akan tetap maju.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team