[PUISI] Takdir Semu

Saat sang surya terpanggil dari kejauhan
Meninggalkan bekas yang tak kira memudar
Beratnya diramu hati yang menajam
Menandakan kehilangan jiwa yang mendalam
Masih saja kecupan rindu berkecamukan
Menginginkan pelukan yang samar menghilang
Tuannya terbawa pergi melintasi awan
Saat itu terasa dinginnya tanah berjejalan
Tampak menahan perih yang lukai batin
Padahal sakitnya dinanti penghujung relung
Akhirnya memaksakan kaki berjalan tegak
Meski tersayat tangan yang menahannya
Jika memang sudah tertulis tinta merah
Mengapa takdirnya melalang semu
Ratapi gundah yang terlilit kehampaan
Bisanya melolong 'tuk kuatkan raga
Katanya semua telah dijanjikan sang akhir
Sekiranya menawar apa yang dikuasakan
Namun apa yang diharapkan dari derita
Akhirnya tidak melulu dongeng bahagia