Ada duka yang tak sempat gugur,
menumpuk dalam dada yang sabar.
Bukan karena tak mau menangis,
tapi karena tangis tak tahu jalan keluar.
Hari-hari berlalu seperti hampa,
ramai di luar, sepi di kepala.
Tak ada jerit, tak ada sapa,
hanya lengang yang bersikeras tinggal lama.
Ia tersenyum di tengah luka,
menyembunyikan pecah di balik tawa.
Sebab tak semua sedih harus bersuara,
dan tak semua perih bisa terlihat nyata.
Sunyi pun jadi teman paling setia,
ia tak banyak tanya, tak pernah lupa.
Di dalamnya, kita belajar menerima,
bahwa tak semua kehilangan bisa dicerita.