Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan (pexels.com/Sam Pineda)

Aku meneguk rindu yang rasanya semakin dalam
Sambil meratap membisu dalam kesendirian
Lidahku kaku untuk menggambarkan seluas apa rasa rinduku
Namun hatiku semakin tercabik akan rindu yang tak kutemukan obatnya dimana
Rasanya kemarin sore bibirku tersenyum bahagia sambil memandang kedua bola matamu
Hingga hatiku tak henti-hentinya menari dan membayangkan bila kita dapat pulang ke rumah yang sama
Tapi entah siapa yang bersalah antara rindu dengan luka
Di tengah dongeng cinta kita, kau memetik bunga lainnya yang lebih indah di bola matamu
Hingga bungaku layu dan membusuk kau tinggalkan begitu saja
Lenyap bersama serangan ombak
Menyerbu bagai serdadu
Kini aku kehilangan warna yang semakin layu
Terjerat dalam luka dan rindu yang entah dimana harus kutemukan obatnya
Semua tampak fana
Akankah kutemukan obat rindu yang semakin mencabik ini padamu?
Melihat lagi ke belakang, nyatanya rindu ini adalah ilusi antara dendam dan luka

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team