Aku duduk di beranda, menghitung langkah kaki yang lewat...
Menerka beban-beban yang dipikul
Menelisik wajah-wajah lesu
tertindas tuntutan
Aku menebar senyumku, pada-pada yang menoleh,
sekedar menyibak dunia berandaku
Mungkin mereka heran, kenapa aku selalu terpekur sendirian
duduk menatap ke depan, menyunging senyum
Pada benakku, mereka tersiksa melewati beranda itu,
langkah yang awalnya pendek, kini terburu dalam lompatan panjang
seakan berlari menghindari senyum
Ah, mereka salah sangka pada gurat-gurat itu
berpikir buruk pada wajah burikku
entah, kukira aku yang terlampau biasa
melatihkan senyumku, untuk mereka...
tanpa balasan!
