Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash/Susan Osburn

Derasnya hujan di sore hari, Sederas imajinasi yang berkeliaran merasuk telak.
Sumpah serapah, harapan, dan dingin menyesap seketika hati terjebak dalam petrikor.
Sang puan pongah tak tahu diri.
Berkesempatan benalu bercabang dalam sekat rasa yang menghujam kuat.

Puan, mana arah yang akan kau tempuh?
Sedang hati bergejolak mengutuki diri yang bebal akan cinta.
Akankan dibawa bermuara bersama senja?
Bersama lembayung jingga kau nyatakan.

Atau kau lepas di waktu subuh menjelang?
Selayaknya selendang fajar penanda habis masanya.
Terserah kepada puan yang merajai.

Dalam celah sukma aku meringis tertahan.
Waktu masa kulukis akan tentangmu.
Dalam tembang keresahan akan rasa tak berpuan.
Layaknya kopi yang diseduh, Jiwaku penuh dengan tanda tanya naluri.
Nirwana ku ingin segera berlari, Atas jawaban aku atau sudahilah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team