Ekspresi yang penuh kebencian
Mendadak hadir di depanku tanpa undangan
Bibirnya tak pernah luput dari kebohongan
Aku sangat ingin menyingkirkan
Sorot matanya menyiratkan sifat rakus
Tentu perutnya tak pernah kurus
Nihil nurani yang tulus
Dia adalah representasi akal bulus
Bagaimana bisa ia memiliki jabatan yang tinggi
Sementara sikapnya penuh dengan arogansi
Harusnya dia angkat kaki
Lalu hilang dan tak bisa lagi menampakkan diri
Dia tak layak menyandang status manusia
Kedunguan telah menguasai pikirannya
Tamak adalah identitasnya
Dia adalah bajingan setia
Wajah itu tak ingin kulihat lagi
Ingin aku menghapusnya dari muka bumi
Agar suasana menjadi tenang pasti
Agar semua orang bebas bermimpi
Namun, aku hanya bisa bungkam
Melihatnya tak berhenti berkalam
Meski begitu semuanya masih dapat kurekam
Abadi dalam sebuah teks yang tak karam