[CERPEN-AN] Bersamamu Selamanya

Aku masih duduk sendiri di teras rumah. Air mataku terus menetes tanpa henti. Tak ada siapa-siapa, hanya gelap yang mencipta sunyi dan dingin yang menusuk kulit. Aku tahu betul, sederas dan seberapa banyak pun air mataku jatuh, tidak akan bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Tak ada yang lebih menyakitkan dari ditinggal karena kepergian untuk selamanya.
Sandy, sepertinya baru kemarin aku menerima pesan singkat darimu di WhatsApp, pesanmu selalu sama: sampai jumpa di sana, di kota di mana kita dipertemukan pertama kali, memulai dan menjalani segalanya, sebelum terpisah jarak dan saling menyayangi dari jauh. Kata-kata itu begitu manis dan tak pernah bosan kau sampaikan dan tak bosan pula aku terima.
Seberapa parah sakit dan seburuk apa pun kondisimu sebelum kamu pergi, itu belum mampu menyiapkan hatiku untuk menerima kepergianmu begitu saja. Aku selalu yakin kamu akan sembuh dan aku selalu berdoa agar keadaanmu membaik. Aku tahu semuanya tak seperti yang kuinginkan, semakin hari keadaanmu semakin memburuk.
Kamu mungkin tak pernah memberitahu sendiri keadaanmu. Orang-orang di dekatmu selalu mengabariku, sebagian dengan jujur memberitahu kalau keadaanmu semakin memburuk, sebagian lagi mencoba menguatkanku agar tak terpuruk dalam kesedihan, kata mereka keadaanmu semakin membaik, saat itu aku tahu kalau sebenarnya keadaanmu pun sedang buruk.