Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perpustakaan sekolah (unsplash.com/Jessica Ruscello)
ilustrasi perpustakaan sekolah (unsplash.com/Jessica Ruscello)

Di kelas satu SMA, saat semuanya terasa kacau, Aluna menemukan dunia yang indah di dalam lembaran-lembaran tinta. Dunia Aluna yang terasa kabur perlahan mulai tertata.
Dalam buku, Aluna temukan cerita dan berbagai dunia baru yang belum pernah dia alami sebelumnya. Dengan buku, Aluna meluapkan emosi dan pikirannya ke dalam buku yang dia baca.

Buku demi buku di perpustakaan sekolah telah dia baca. Sampai perlahan orang disekitarnya menyadari, kalau Aluna setiap istirahat hanya berkutat di perpustakaan sekolah. Suatu hari, setelah kelas berakhir, Renata bertanya, "Al, kamu kenapa ke perpustakaan terus?"

"Ya, pastinya baca Ren. Disana bikin aku tenang dan banyak buku menarik yang bisa dibaca. Kamu mau ikut kesana?" Aluna menjawab dengan santai. Tangannya bergerak memasukkan buku ke dalam tas.

Renata berkedip sejenak, lalu berkata: " Ah, gak dulu, deh. Aku gak terlalu suka baca. Masih mending nonton film aja. Yaudah, aku duluan ya!" Dengan cepat dia keluar kelas seakan tengah dikejar hantu.

"Hati-hati di jalan!" Teriak Aluna. Setelah memasukkan semua barang ke dalam tas, Aluna berjalan keluar kelas. Lingkungan di sekitarnya sudah sepi. Semua siswa lain selalu tangkas kalau mau pulang. Karena malas berkerumun dengan orang lain, ia pun lebih suka keluar terakhir dari kelas.

Memikirkan pulang membuat Aluna enggan. Rumah telah menjadi tempat yang dihindarinya. Untungnya, dia telah menyiapkan tiga buku yang dipinjam dari perpustakaan sekolah. Mengapa Aluna menyiapkan buku buat di rumah? Itu dilakukannya sebagai pengalih perhatian. Saat membaca buku, pikirannya hanya akan terfokus ke buku yang dibacanya. Makanya, dia menyukai perpustakaan sekolah.

***

Setahun telah berlalu, kini Aluna berada di kelas dua SMA. Sekarang Aluna telah berhasil berdamai dengan keadaan keluarganya yang berantakan. Sayangnya, dia masih tidak lepas dari jerat perpustakaan sekolah. Malah dia semakin mencintai semua buku disana. Impian Aluna sekarang adalah berhasil membaca semua buku di perpustakaan sekolahnya. Entah bisa atau tidak. Setidaknya, untuk saat ini dia telah membaca sepertiga buku-buku disana.

Ehem, sampai petugas yang menjaga perpustakaan terheran-heran dengan kelakuan Aluna yang bagaikan penghuni perpustakaan. Setiap hari pasti membaca di perpustakaan dan setiap pulang pasti akan meminjam buku yang akan dengan cepat dikembalikan keesokan harinya. Bahkan Aluna pun sudah beberapa kali mengganti kartu perpustakaannya yang penuh.

Dengan tingkat membaca Aluna yang mencengangkan, beruntung sekolahnya memiliki koleksi buku yang besar, sehingga sampai saat ini cuma sepertiga berhasil dibaca. Teman sekelasnya suka menjulukinya "kutu buku" yang tak Aluna pedulikan.

Saat ada yang memanggilnya, "Hei, Kutu buku! Berapa buku hari ini yang udah kamu baca?" Pasti akan Aluna jawab dengan gembira dan malah meminta doa, "Udah tiga buku, nih. Doakan ya semuanya, biar sebelum lulus semua buku di perpustakaan sekolah ini udah aku baca."

Karena perilaku Aluna yang santai dan gak baperan itulah penyebab semuanya bisa menerima kelakuan Aluna tanpa bullying. Teman sekelasnya paham kalau Aluna hanya suka membaca. Bukannya orang aneh yang gak mau berteman dengan orang lain. Lagipula, setiap ada acara kumpul-kumpul Aluna tetap datang, kok. Jadi, semuanya asyik aja.

***

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa Aluna sudah berada di tahun terakhirnya SMA. Sebentar lagi hasil ujian akan diumumkan, Aluna belajar dengan ketat untuk mencapai impian terakhirnya tahun ini, yaitu memasuki PTN favoritnya.

Ya, Aluna tahun ini memiliki tiga impian. Tentu yang pertama adalah membaca semua buku di perpustakaan sekolah, yang telah berhasil terselesaikan. Untuk yang kedua, sebenarnya, Aluna gak terlalu berharap bisa berhasil. Karena menurut Aluna, itu cuma mimpi yang dia inginkan gara-gara kebanyakan baca novel romantis. Sulit dicapai dengan dia yang selalu berada di perpustakaan. Tapi kali ini, keberuntungan berpihak padanya.

Saat Aluna masih di kelas dua, sehabis dari perpustakaan, dia membawa empat tumpuk buku yang masing-masing lebih tebal dari yang lain. Dia menaiki tangga dengan beban berat dan saat berbelok di ujung tangga, dia menabrak seorang cowok yang menjulang tinggi di depannya.

"Maaf, maaf. Aku gak sengaja." Ucap Aluna sambil membungkuk untuk mengambil buku-buku yang terjatuh.

Cowok itu berkata, "It's okay, lain kali hati-hati ya." Dia pun langsung lanjut berjalan meninggalkan Aluna yang memungut bukunya.

Itu cuma episode sepele, tapi cowok itu entah kenapa jadi selalu memperhatikan Aluna yang setiap istirahat memegang buku. Lama-kelamaan, dia pun mengikuti Aluna ke perpustakaan. Mengamatinya yang serius membaca tanpa menyadari ada yang memperhatikannya.

Aluna bisa saja sudah melupakan kejadian tabrakan itu dengan santai, bahkan mungkin tak ingat cowok yang ditabraknya. Tapi, saat cowok itu mengamati Aluna, dia jatuh cinta. Dia pun berusaha mendekati Aluna di perpustakaan dan berkenalan, serta mendapatkan nomor HP-nya.

Setiap hari cowok itu, Devan, dengan rajin mendekati Aluna. Bertemu dengannya di perpustakaan, mengobrol dengannya saat berjalan menyusuri koridor sekolah, ataupun berdebat dan berdiskusi tentang buku dengan Aluna lewat chat. Hingga tiga bulan sebelum ujian kelulusan, Devan menyatakan cintanya, yang Aluna terima dengan senang hati. Jadi, impian kedua di tahun ini, mempunyai pacar, Aluna berhasil capai.

Ya, kembali ke masa kini. Kini Aluna dengan berdebar menunggu hasil ujiannya keluar. Setelah beberapa saat, pengumumannya keluar. Aluna membaca pengumuman itu dengan penuh harap. Akhirnya, wow, diterima!

Impian ketiga, success!

Aluna selalu merasa bersyukur. Selain keluarganya yang berantakan. Semua kejadian lain dalam hidupnya selalu tercapai. Mungkin bukulah yang berhasil mengubah mindset dan memperluas wawasannya. Menjadikannya orang yang optimistis, termotivasi, dan selalu melihat segala hal dari sisi positifnya.

Hidup Aluna masih akan terus berjalan, dan Aluna merasa dia akan tetap melanjutkan hobinya membaca berbagai buku. Baik pengetahuan umum, sejarah, novel, dan berbagai macam buku lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team