Jasmine adalah seorang siswi SMA yang pemalu. Ia hanya memiliki satu teman di sekolahnya. Tetapi ia juga jarang main bersamanya, karena temannya juga memiliki teman-teman lain. Jasmine tidak terlalu suka bergaul dengan banyak orang hingga ia lebih sering menyendiri.
Sebuah kafe baru telah buka di dekat sekolahnya Jasmine. Karena ia tidak berani mengajak siapa-siapa, akhirnya ia ke kafe tersebut sendiri. Ia memesan sebuah es kopi susu gula aren dan sebuah croissant. Kafe itu nyaman dan adem dengan lampu yang tidak terlalu terang atau redup. Dan kebanyakan tempat duduk di dalam kafe tersebut berupa sofa yang empuk. Ia duduk di sofa samping jendela dengan novelnya. Ia selalu membawa novel kemana pun ia pergi agar ia terlihat sibuk walaupun ia sendiri.
Jasmine suka membaca novel sendiri di dalam kafe walaupun di sekitarnya cukup ramai. Di dalam kafe tersebut ada berbagai macam kumpulan orang. Ada kumpulan bapak-bapak berpakaian kemeja dan jas, sepertinya mereka orang kantoran yang sedang istirahat. Ada juga kumpulan ibu-ibu yang sepertinya lagi kumpul arisan. Dan ada kumpulan anak-anak SMA seperti Jasmine yang berkumpul mengerjakan tugas bersama setelah pulang sekolah. Tetapi Jasmine hanya duduk di kafe itu sendiri dengan novelnya.
Hampir setiap minggu, Jasmine ke kafe itu dan membaca novel atau mengerjakan tugas sekolahnya di sana.
Pada suatu hari setelah pulang sekolah, Jasmine ke kafe favoritnya dan memesan es kopi susu gula aren dan croissant seperti biasa. Tetapi, ketika ia sedang membaca novel, seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengan Jasmine menghampirinya.
“Itu salah satu novel favoritku,” kata laki-laki itu.
Jasmine kaget ketika laki-laki itu mulai berbicara dengannya. Tetapi Jasmine mulai membicarakan novel yang sedang ia baca dengan laki-laki itu.
Setelah beberapa menit membicarakan novel itu, Jasmine bertanya ke laki-laki itu,“Siapa namamu?”
“Aidan,” jawab laki-laki itu. “Nama kamu siapa?”
“Jasmine,”
“Bolehkah aku bergabung denganmu, Jasmine?”
“Boleh,”
Aidan duduk di sofa yang bersebarangan dengan Jasmine dan ia menaruh hot americano miliknya di atas meja di sebelah es kopi susu gula arennya Jasmine. Lalu mereka mulai membicarakan tentang novel-novel lain yang pernah mereka baca. Dan hampir semua novel yang sudah di baca Jasmine juga sudah di baca oleh Aidan.
Setelah berbicara tentang novel, Jasmine dan Aidan mulai berbicara tentang kegiatan sehari-harinya mereka. Ternyata Aidan juga seperti Jasmine, di sekolahnya ia tidak memiliki banyak teman, dan ia juga selalu membawa novel kemanapun ia pergi.
Ketika hari sudah sore, Jasmine dan Aidan membuat perjanjian untuk selalu bertemu di kafe itu setiap hari Jumat setelah pulang sekolah.
Hampir setiap hari Jumat Jasmine dan Aidan bertemu di kafe itu dan berbicara tentang berbagai macam topik. Kadang mereka juga saling membantu mengerjakan tugas sekolah walaupun mereka berasal dari sekolah yang berbeda.
Selain bertemu di kafe pada hari Jumat, mereka juga kadang bertemu di hari Sabtu atau Minggu dan ke tempat lain seperti mall, perpustakaan, atau taman. Tetapi kafe tersebut adalah tempat favorit mereka.
Sedihnya, setelah mereka lulus SMA dan mulai kuliah, Jasmine dan Aidan terpaksa tidak bertemu lagi secara rutin seperti waktu mereka SMA. Karena mereka kuliah di kota yang berbeda. Tetapi mereka berjanji untuk bertemu di kafe itu juga setiap libur semester.
Setiap libur semester mereka menyisakan minimal satu hari untuk bertemu di kafe itu dan mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol dan bercerita tentang hidup perkuliahan mereka. Jasmine dan Aidan juga mengajak orang tua mereka untuk saling berkenal di kafe itu.
Setelah mereka lulus kuliah dan bekerja, Aidan akhirnya melamar Jasmine dan mereka menikah setelah hampir 10 tahun bersama.
Setelah mereka menikah, Jasmine dan Aidan membeli rumah yang letaknya tidak jauh dengan kafe itu. Mereka tidak ingin jauh-jauh dari kafe itu, karena kafe itulah yang menjadi tempat hubungan kedua kutu buku berkembang dari teman ketika mereka masih duduk di bangku SMA sehingga menjadi suami-istri. Mereka menganggap kafe itu adalah rumah kedua mereka.