[CERPEN] Karena Aku Perempuan

“Brrrr... Kutub selatan pindah ke sini,” celetukku sembari meraih kamera dan syal dari dalam tenda.
Dieng masih subuh dan suhunya hanya lima derajat Celcius, cukup untuk sekadar membuat telapak kakiku beku. Tapi aku harus bergegas meninggalkan tenda demi bisa menyaksikan golden sunrise di Bukit Sikunir. Padahal jika sedang di rumah, sepagi ini aku pasti masih meringkuk di balik selimut, berkali-kali mematikan alarm yang sibuk berteriak membangunkanku dari mimpi panjang.
“Kita kesiangan nggak, sih?” tanyaku pada Bayu yang berjalan beberapa langkah di depanku.
“Mungkin. Soalnya rombongan yang ada di depan kita tadi sudah jauh di depan sana,” sahutnya sembari menunjuk jauh ke dalam kegelapan yang ada di hadapannya. Jalan setapak serupa lorong hitam yang entah berujung di mana.