Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pixabay/Free-Photos

Anneth hanya mematung menatap punggung Juan. Ada perasaan hangat dan riak halus yang berbaur menjadi satu di hatinya. Aneh, dulu Anneth tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Jauh sebelum ia menyadari bahwa Juan menyimpan getar tersendiri di hatinya. Tepatnya, setelah ia merasa tersiksa melihat Juan dekat dan bersikap manis pada Lasea, cewek yang akhir-akhir ini dekat dengan Juan.

Cemburu? Astaga! Tanpa sadar Anneth menggeleng cepat. Sesaat, Anneth tertegun menyadari perasaannya. Sesuatu yang sulit ia percaya. Sekian lama mengenal Juan dan juga Tristan, Anneth tak pernah merasa resah dan tidak nyaman  seperti sekarang ini. Ia mengenal kakak beradik itu sejak kanak-kanak, lalu berpisah ketika SMP karena orang tua Juan dimutasi ke Surabaya hingga akhirnya kembali ke Bogor. Mereka bertemu lagi saat orang tua Anneth yang dimutasi ke Timika menitipkannya pada keluarga Om Agus–orang tua Juan dan Tristan–hampir dua tahun ini karena Anneth memilih melanjutkan SMA-nya di Bogor.

Selama ini perasaannya pada Juan biasa-biasa saja. Ia lebih dekat dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Tristan yang periang dan supel daripada Juan yang tenang, tak banyak bicara, dan lebih suka menyendiri. Hal itu yang membuat Anneth sedikit enggan berbincang dengan Juan.

“Sampai kapan kamu akan berdiri di situ?” Juan membalik tubuhnya, memutus perjalanan Anneth mengarungi masa lalu.

Editorial Team

Tonton lebih seru di