Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash/Andy Grizzell

Maria telah lama berdiri di seberang istana, barangkali sepuluh tahun. Selama itu pula, ia memilih untuk berjualan payung. Setiap pertengahan minggu, ia menawarkan beberapa payung untuk turis-turis yang mengunjungi kotanya dan selalu habis. Maria paham betul cuaca yang melanda kotanya, panas dan kejam, terik dan menusuk, tak ada udara segar yang melebihi bau busuk pada selokan. Kota itu bukan lagi taman firdaus dengan surga di dalamnya, tapi lebih layak disebut tempat peraduan antar manusia. Baginya semakin maju peradaban manusia sama artinya dengan kemunduran di era kemanusiaan. Tetapi ia memilih untuk bertahan meskipun sekedar tertahan.

“Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu terpujilah Engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuh-Mu Yesus. Santa Maria, Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin.”

Editorial Team

Tonton lebih seru di