Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash.com/ Erik Witsoe

Nat merapat di sudut tembok gedung lembaga bahasa tempat ia mengajar. Percikan hujan meninggalkan noda kotor berbentuk lingkaran  pada celana katunnya.

Nat tidak suka hujan; sangat membencinya. Hujan selalu memaksa memori di otaknya menggali kembali masa lalu. Miliaran jarum langit itu membawanya pada satu titik perasaan: kesedihan. Satu kata yang berhubungan dengan kata lain: kehilangan, kesepian, kesunyian, dan luka hati. Saat itu ia masih gadis kecil, belum genap dua belas tahun. Papa berpulang untuk selamanya karena serangan jantung. Jejak kenangan itu masih terpasung kuat di memori otaknya, walau tujuh tahun telah berlalu.

Yang masih segar di ingatan, tatkala Sea mengutarakan keinginannya untuk mengakhiri jalinan manis di antara mereka. Itu satu bulan yang lalu. Untuk alasan yang akhir-akhir ini kerap membuat mereka bersitegang. Sea merasa kehilangan waktu berarti karena kesibukan Nat.

“Aku enggak suka setiap kali mau ketemu kamu harus janjian dulu kayak mau ketemu pejabat saja. Sudah janji pun kamu belum tentu bisa menepatinya,” ungkap Sea sore itu  dengan tatapan tajam. Nada suaranya kentara sekali kalau ia sedang kesal.

Editorial Team

EditorAna Lydia

Tonton lebih seru di