Meskipun Stephen King mendapatkan beasiswa di Universitas Drew di New Jersey, namun keuangannya yang tidak memadai, memaksanya untuk menetap di negara bagian asalnya setelah lulus sekolah menengah. Dia justru masuk ke Universitas Maine di Orono mengikuti kakak laki-lakinya David.
Selama di perguruan tinggi pada puncak Perang Vietnam, King aktif dalam aksi demokrasi di kampus dan menulis di koran kampus berjudul King's Garbage Truck. Pada pengalaman pertamanya, dia menjual cerita pendeknya berjudul The Glass Floor ke Startling Mystery Stories. Iseng-iseng berhadiah, ia mendapat rejeki nomplok sebesar 35 USD.
Untuk menambah pemasukan mingguan karena hanya dikirim 5 USD oleh ibunya, King pun bekerja di perpustakaan sekolah. Di sana, dia bertemu dengan gadis yang akan menjadi istrinya, seorang jurusan sejarah dan penyair bernama Tabitha Spruce. "Dia benar-benar mahasiswa termiskin yang pernah saya temui dalam hidup saya," ungkap Tabitha King kepada Biography pada tahun 2000.
Pada tahun 1970, pasangan itu memiliki seorang anak perempuan bernama Naomi. Setelah lulus, King dan Spruce menikah dan pindah ke Hermon, Maine. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, King bekerja menjadi buruh, dengan memompa gas dan bekerja di industri binatu. Sering kali tertekan, King merasa bahwa pendidikannya sia-sia. Dia pun beranggapan bahwa ia meniru kehidupan ibunya.