Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal di samudra (Pixabay/quangle)

Perjalananku dimulai di sebuah kapal yang hendak berlayar mengarungi samudra, dari dermaga satu ke dermaga lainnya. Saat mentari hendak menyapa bumi, nakhoda berujar, "Kita berada di kapal besar. Aku di sini, sebagai nakhoda tidak akan menjadi otoriter dalam menakhodai. Kesepakatan dan mufakat adalah jalan terjal yang harus kita lewati".

Dermaga satu, berhasil kami lewati. Menginjak pada dermaga kedua, gesekan antara keinginan nakhoda dan keinginan awak kapal mulai menghangat. Nakhoda ingin terus berlayar, namun sang awak kapal, hasil analisisnya mengharuskan kami berhenti, bersandar sejenak. Ada badai besar yang bisa saja meluluhlantahkan kapal ini jika kami terus berlayar. Karena awak adalah awak. Nakhoda adalah nakhoda yang memiliki kemudi sepenuhnya. Hingga yang awak kapal analisis pun terjadi. Kapal ini mulai oleng diterjang badai. Awak kapal satu per satu mulai berguguran.

Pada dermaga ketiga, kebutuhan kami akan penunjang kapal sangat besar. Akibat badai yang menerjang, mengharuskan kami merekrut awak baru dan logistik baru. Seorang awak kapal dengan posisi sebagai Kepala bidang Kajian internal Kapal berujar, "Kita harus mencari yang memiliki kualifikasi sesuai kebutuhan. Jangan asal comot, harus dipastikan bahwa mereka siap berlayar hingga dermaga terakhir".

Namun, entah apa yang dipikirkan sang pemilik kemudi, dia memasukkan siapa pun yang dia kehendaki. Tiga di antara awak kapal baru adalah mereka yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam kapal ini. Ketiga orang inilah yang akan mengambil peran penting di pelabuhan terakhir.

Editorial Team

Tonton lebih seru di