Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi adonan roti yang telah melalui proses proofing (pexels.com/Cats Coming)
ilustrasi adonan roti yang telah melalui proses proofing (pexels.com/Cats Coming)

Proofing adalah salah satu tahap paling krusial dalam proses pembuatan roti. Kalau dilakukan dengan tepat, adonan akan mengembang sempurna, menghasilkan tekstur empuk dan berpori cantik saat dipanggang.

Namun, banyak orang melakukan kesalahan yang justru membuat adonan gagal mengembang atau malah amblas setelah keluar dari oven. Agar hasil rotimu tidak mengecewakan, yuk hindari lima kesalahan umum dalam proses proofing berikut ini.


1. Suhu terlalu dingin atau terlalu panas

ilustrasi adonan roti yang telah melalui proses proofing (pexels.com/Felicity Tai)

Ragi bekerja optimal di suhu hangat sekitar 27–30°C. Jika suhu terlalu dingin, proses fermentasi melambat dan adonan tidak akan mengembang dengan baik. Sebaliknya, suhu terlalu panas bisa membunuh ragi atau membuat adonan overproof.

Overproofing membuat adonan tampak mengembang saat proofing tapi justru kempes saat dipanggang. Untuk hasil terbaik, proofing sebaiknya dilakukan di ruangan hangat dan stabil, atau di dalam oven yang mati tapi lampunya menyala. Suhu yang tepat akan menjaga kerja ragi tetap konsisten.


2. Waktu proofing terlalu singkat atau terlalu lama

ilustrasi proses proofing roti (pexels.com/Mathias Reding)

Proofing yang terlalu cepat membuat adonan masih padat dan kurang mengembang. Hasilnya, roti jadi keras dan minim rongga udara. Sedangkan jika terlalu lama, adonan bisa overproof dan kehilangan struktur.

Overproofing membuat adonan jadi rapuh, mudah sobek saat dipindahkan dan bisa amblas saat kena panas oven. Selalu periksa ciri visual dan fisik—seperti uji jari—untuk mengetahui apakah adonan sudah cukup proofing. Jangan hanya mengandalkan waktu semata.


3. Menutup adonan terlalu rapat atau terlalu terbuka

ilustrasi adonan roti yang telah melalui proses proofing (pexels.com/Felicity Tai)

Menutup adonan terlalu rapat bisa menyebabkan uap air terperangkap dan membuat permukaan adonan lembek. Sebaliknya, kalau dibiarkan terlalu terbuka, kulit luar adonan akan mengering dan menghambat pengembangan. Solusinya adalah menutup dengan kain lembap atau plastic wrap longgar.

Penutup yang tepat menjaga kelembapan stabil selama proses proofing. Kamu juga bisa mengoles sedikit minyak di permukaan adonan agar tidak mengering. Dengan begitu, adonan tetap lentur dan siap dipanggang tanpa hambatan.


4. Tidak memberi waktu istirahat antara pelipatan dan proofing (khusus roti berlapis)

ilustrasi melipat adonan puff pastry (pexels.com/Felicity Tai)

Adonan berlapis seperti croissant atau puff pastry memerlukan jeda waktu setelah proses lipat. Kalau langsung masuk tahap proofing, lapisan butter dan adonan bisa melebur. Akibatnya, roti gagal membentuk lapisan dan teksturnya jadi padat.

Waktu istirahat di kulkas selama 20–30 menit setelah lipatan sangat penting. Ini membuat adonan relaks, dingin, dan lapisannya tetap terjaga. Dengan cara ini, hasil akhir jadi lebih ringan dan berongga cantik.


5. Mengganggu adonan saat sedang proofing

ilustrasi proses proofing roti (unsplash.com/Hathaipat K.)

Proofing adalah waktu bagi adonan untuk mengembangkan struktur gas dari ragi. Jika kamu sering memindahkan, menyentuh, atau membuka penutup, struktur tersebut bisa terganggu. Akibatnya, adonan bisa kempes bahkan sebelum dipanggang.

Pastikan adonan berada di tempat yang tenang dan suhu ruangan stabil. Hindari buka-tutup penutup atau oven jika sedang proofing di dalamnya. Biarkan ragi bekerja tanpa gangguan agar roti mengembang sempurna.

Proofing yang tepat menentukan hasil akhir roti yang empuk dan bertekstur sempurna. Dengan menghindari lima kesalahan di atas, kamu bisa meningkatkan kualitas roti buatan sendiri dan membuat setiap gigitan jadi lebih memuaskan. Selamat mencoba dan semoga berhasil!



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team