5 Fakta Sfenj, Donat Maroko yang Jadi Teman Minum Teh

Melansir enRoute, sfenj berasal dari Al-Andalus di Semenanjung Iberia yang saat ini wilayahnya menjadi bagian dari Spanyol dan Portugal. Sayangnya, belum diketahui kapan tepatnya sfenj sampai Afrika. Namun, diperkirakan pada abad ke-13 ketika sfenj juga menyebar ke Prancis dan menginspirasi terciptanya beignet –kue goreng asal Prancis.

Nama sfenj berasal dari bahasa Arab “Isfenj” yang berarti bolu atau spons karena menyerap minyak saat digoreng. Sfenj ini memiliki pinggiran renyah dan ringan, tapi kenyal.

Pengejaan dan namanya dapat berbeda di beberapa negara seperti dalam bahasa Inggris yang dapat dieja menjadi sfinj atau sfinge. 

Sfenj terbuat dari tepung, ragi, garam, gula pasir, dan ragi yang dibuat secara tradisional. Semua bahan dicampur hingga menjadi adonan yang kalis. Seperti membuat donat pada umumnya, perlu menunggu adonan mengembang.

Kamu tidak perlu menggunakan cetakan. Cukup ambil sedikit bagian adonan dan membentuknya seperti cincin. Kemudian, kamu dapat menggorengnya hingga matang. Saat dingin dalam waktu lama, membuat sfenj menjadi sedikit lebih keras. Kamu dapat menghangatkannya dengan air fryer atau memegangnya lagi.

Sfenj termasuk salah satu camilan yang mudah kamu temui di pasar, toko roti, hingga kafe di Maroko. Kalau di pasar atau tempat pembuat roti profesional, sfenj yang sudah matang akan digantung menggunakan tali. Hal ini berbeda dengan gorengan atau donat yang dijual dengan disusun.

Orang Maroko menjadikan sfenj sebagai menu sarapan mudah dan camilan. Mereka lebih suka sfenj polos, kemudian dinikmati dengan segelas kopi atau teh mint. Ada pula sfenj yang disajikan dengan taburan gula, madu, atau sirup kurma di atasnya.

Sfenj tidak hanya populer di Maroko, tapi juga Libya, Tunisia, dan Aljazair. Orang Libya menyebutnya sfinz, dibuat dengan cara penyajian yang berbeda. Mereka lebih suka varian gurih, disajikan dengan telur goreng di tengahnya dan keju di atasnya.

Berbeda dengan orang Tunisia yang menyebutnya sebagai bambalouni. Namanya lebih mirip dengan bomboloni asal Italia, tapi bahan dan penyajiannya seperti sfenj. Sedangkan di Aljazair disebut sebagai khfaf atau ftayr.

Bahan dan penampilan sfenj memang sederhana. Tapi hal ini berbeda dengan orang Yahudi. Orang Yahudi Maroko membantu memperkenalkan sfenj ke Israel pada 1950an, sedangkan orang Yahudi Maroko menjadikan sfenj hidangan penting selama musim dingin.

Orang Yahudi Maroko secara tradisional memakan hidangan yang digoreng dengan minyak selama Hanukkah. Hari raya itu memperingati penahbisan kembali Bait Suci di Yerusalem, setelah kemenangan kaum Makabe atas Yunani Kuno. Sekembalinya ke Bait Suci, kaum Makabe hanya menemukan minyak zaitun untuk menyalakan menorah selama semalam. Hal tersebut melatarbelakangi orang Yahudi Maroko untuk merayakannya dengan membuat dan menyantap makanan yang digoreng.

Salah satu makanan yang digoreng dan mudah ditemui di Maroko adalah sfenj. Jadi, mereka nyaris selalu menyertakan sfenj setiap Hanukkah.

Sfenj bukan donat tradisional biasa di Maroko. Sebagian besar menyantapnya untuk sarapan dan camilan, namun ada pula yang menjadikannya hidangan yang gak boleh dilewatkan saat hari penting yakni Hanukkah.