Ilustrasi diet (pexels.com/Total Shape)
Barangkali kamu sering mendengar istilah puasa intermitten atau intermittent fasting, kan? Metode diet ini berkembang dan populer dalam beberapa tahun terakhir di kalangan umum.
Metode diet ini berfokus pada konsistensi waktu atau jam makan dan berpuasa dalam skala waktu tertentu. Metode ini juga biasa disebut sebagai jendela makan. Makan dengan batasan waktu diyakini sebagai metode yang aman untuk menurunkan berat badan.
Konsep puasa intermiten ini cukup mudah, yakni memperhatikan jumlah atau porsi yang dimakan dan konsentrasi saat menyantap makanan. Secara perlahan, kamu akan mahir dalam mengontrol konsumsi makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya.
Untuk memulai metode diet ini, kamu harus tahu konsep jendela makan atau waktu yang diperbolehkan menyantap makanan. Sebagai pemula, jendela makan yang bisa digunakan adalah 12:12 yakni 12 jam puasa dan 12 jam untuk makan. Bisa juga untuk jendela makan 16:8, yakni 16 jam puasa dan 8 jam berbuka.
Jika sudah terbiasa dan menginginkan hasil lebih optimal, beberapa orang memilih jendela makan 18:6 (18 berpuasa dan 6 jam berbuka) atau 20:4 (20 jam berpuasa dan 4 jam berbuka). Jika kamu baru memulai menerapkan jendela makan, tentu saja tidak disarankan untuk memilih skala ini, karena bisa menganggu metabolisme tubuh.
Cara mengatur pola ini dapat dimulai saat sarapan. Misalnya, sarapan pukul 08.00 dan menutupnya dengan makan malam (paling lambat) pukul 16.00. Selepas itu, kamu harus mengontrol diri untuk tidak makan sampai tiba waktu sarapan keesokan harinya.
Namun, tetap diperbolehkan minum air putih, atau minuman tidak berkalori seperti kopi hitam. Jendela makan atau durasi makan di atas bisa diubah seiring kebutuhan tubuh dan keefektifan diet.