Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi daging wagyu
ilustrasi daging wagyu (vecteezy.com/Ilham Bahrun)

Intinya sih...

  • Daging wagyu berasal dari berbagai negara, bukan hanya Jepang

  • Harga daging wagyu tidak selalu mahal, tergantung pada grade dan asal sapi

  • Lemak daging wagyu tersebar merata di dalam serat daging, bukan menempel di luar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah dengar tentang wagyu? Pasti kamu langsung membayangkan daging dengan lemak yang merata, tekstur yang super lembut, dan harga selangit. Daging wagyu memang telah menjadi primadona di dunia kuliner, dikagumi karena kualitasnya yang luar biasa.

Namun, di balik popularitasnya, beredar banyak sekali informasi yang keliru tentang daging mewah ini. Banyak orang masih percaya mitos-mitos yang justru menjauhkan mereka dari pengalaman menikmati daging wagyu yang sebenarnya. Yuk, kita kupas satu per satu mitos daging wagyu yang keliru agar kamu gak salah paham lagi.

1. Semua daging wagyu berasal dari Jepang

ilustrasi sapi Angus (commons.wikimedia.org/ennifer Campbell also known as JENMEDIA)

Banyak orang mengira daging wagyu cuma bisa ditemukan di Jepang. Padahal, daging wagyu bukan hanya soal tempat asal, tapi juga soal genetik dan cara pengembangbiakannya. Di Amerika Serikat, misalnya, sapi Wagyu dikawinkan dengan sapi Angus sehingga menghasilkan “American Wagyu” dengan cita rasa dan marbling yang mirip versi Jepangnya.

Faktanya, Wagyu memang berasal dari Jepang, tapi kini sudah dibudidayakan di banyak negara, termasuk Australia dan AS. Setiap wilayah punya karakteristik rasa yang sedikit berbeda, tergantung pakan dan metode pemeliharaannya. Jadi, gak semua daging wagyu harus dari Jepang untuk bisa disebut premium.

2. Daging wagyu selalu mahal

ilustrasi daging wagyu (pexels.com/Jed ji)

Citra wagyu sebagai daging super mahal memang kuat banget. Namun, gak semua jenis daging wagyu punya harga selangit, kok. Harga daging ini bergantung pada grade, asal sapi, hingga kualitas marbling-nya. Misalnya, daging wagyu Jepang grade A5 tentu jauh lebih mahal dibanding American Wagyu dengan grade lebih rendah.

Artinya, kamu masih bisa menikmati Wagyu tanpa harus menguras dompet. Banyak restoran dan penjual lokal yang menawarkan potongan daging wagyu dengan harga lebih ramah di kantong, tapi tetap punya rasa gurih khas yang bikin ketagihan.

3. Daging wagyu itu cuma lemak, bukan daging

ilustrasi daging wagyu (vecteezy.com/Warut Wetsanarat)

Salah satu kesalahpahaman terbesar adalah menganggap daging wagyu cuma tumpukan lemak. Padahal, lemak pada daging wagyu adalah jenis intramuskular, artinya tersebar merata di dalam serat daging, bukan menempel di luar. Lemak inilah yang membuat teksturnya lembut dan rasanya kaya.

Uniknya, lemak daging wagyu punya titik leleh rendah, sehingga langsung meleleh di mulut saat dimakan. Kombinasi antara daging dan lemak inilah yang menciptakan sensasi “buttery” khas Wagyu, bukan sekadar rasa berminyak seperti yang banyak dikira orang.

4. Daging wagyu cuma cocok untuk acara spesial

ilustrasi daging wagyu (pexels.com/Kris Li)

Banyak yang berpikir daging wagyu hanya pantas dihidangkan di restoran mahal atau acara penting. Padahal, daging wagyu bisa banget jadi bahan masakan sehari-hari. Mulai dari burger, sukiyaki, sampai tumisan, semuanya bisa dibuat lebih nikmat dengan sedikit potongan daging wagyu.

Karena rasanya sudah kaya secara alami, kamu gak perlu banyak bumbu. Cukup garam dan lada aja sudah cukup bikin rasa daging wagyu istimewa. Jadi, gak harus nunggu momen ulang tahun atau anniversary untuk menikmati potongan daging wagyu yang juicy.

5. Daging wagyu harus dimasak lama biar empuk

ilustrasi daging wagyu (vecteezy.com/Julio Pradhana)

Ada anggapan kalau daging empuk berarti harus dimasak lama, padahal daging wagyu justru kebalikannya. Karena sudah punya marbling yang tinggi, teksturnya lembut tanpa perlu proses panjang. Justru kalau dimasak terlalu lama, lemaknya bisa hilang dan rasanya jadi kurang maksimal.

Cara terbaik memasak daging wagyu adalah dengan api panas tinggi dalam waktu singkat. Tujuannya supaya bagian luar matang sempurna, tapi bagian dalam tetap juicy. Jadi, cukup beberapa menit di atas panggangan atau wajan panas sudah cukup bikin dagingnya meleleh di mulut.

6. Wagyu gak sehat, karena terlalu berlemak

ilustrasi daging wagyu (pexels.com/makafood)

Sekilas, marbling daging wagyu memang bikin dagingnya terlihat berlemak banget. Namun, lemak daging wagyu tergolong sehat, karena kaya akan lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fat), seperti yang ditemukan pada minyak zaitun. Lemak jenis ini justru membantu menjaga kadar kolesterol baik dalam tubuh.

Selain itu, daging wagyu juga mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 yang bermanfaat untuk kesehatan jantung. Jadi, selama dikonsumsi dengan porsi wajar, daging wagyu bukan musuh kesehatan, malah bisa jadi sumber lemak baik untuk tubuhmu.

7. Daging wagyu gak punya rasa, cuma tekstur lembut saja

ilustrasi daging wagyu (pexels.com/Jed ji)

Beberapa orang mengira daging wagyu cuma unggul di tekstur lembutnya saja. Padahal, rasa daging wagyu jauh lebih kompleks dibanding daging sapi biasa. Marbling-nya menciptakan sensasi umami yang dalam, sementara dagingnya punya rasa manis alami yang muncul dari pakan berkualitas dan cara pemeliharaan sapi yang minim stres.

Setiap gigitan Wagyu gak hanya lembut, tapi juga kaya rasa. Kombinasi lemak meleleh dan daging gurih bikin pengalaman makannya terasa mewah, bahkan untuk potongan kecil sekalipun.

Daging wagyu memang punya reputasi sebagai daging mewah, tapi banyak mitos di sekitarnya yang sering bikin orang salah paham. Dari asal-usul sampai cara menikmatinya, daging wagyu punya cerita panjang yang menarik untuk dipahami. Sekarang kamu tahu, gak semua daging wagyu harus mahal, gak semuanya dari Jepang, dan gak semuanya cuma lemak.

Jadi, kalau lain kali kamu berkesempatan mencicipi daging wagyu, nikmati tiap potongannya dengan lebih menghargai proses dan keunikannya. Karena di balik setiap marbling, ada perpaduan antara sains, tradisi, dan kelezatan yang gak bisa disamakan dengan daging sapi biasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team