Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tsukemen
ilustrasi tsukemen (commons.wikimedia.org/Andy Li)

Intinya sih...

  • Cara penyajian menentukan pengalaman makan

  • Tekstur mi mempengaruhi karakter rasanya

  • Kuah dan kaldu menentukan kekuatan rasa ramen dan tsukemen

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ramen sudah lama dikenal sebagai salah satu olahan mi paling populer dari Jepang. Hidangan ini mudah ditemukan di berbagai negara arena cita rasanya yang gurih, hangat, dan menenangkan. Popularitas ramen membuat banyak orang menganggap semua mi Jepang yang berkuah punya karakter serupa. Padahal, ada jenis mi lain yang justru menawarkan pengalaman makan berbeda, yaitu tsukemen.

Sekilas memang mirip, karena ramen dan tsukemen sama-sama memakai mi dan kuah, tapi cara penyajian serta sensasi makannya jauh dari sama. Di Jepang, keduanya memiliki penggemar masing-masing dan disajikan pada waktu berbeda.  Bagi kamu yang gemar mencoba variasi kuliner Jepang, memahami ciri khas kedua olahan ini akan membuat pengalaman makan lebih menarik.

Perbedaan ramen dan tsukemen yang sering dikira mirip ini sudah sepatutnya kamu ketahui. Ternyata berbeda dari banyak aspek!

1. Cara penyajian menentukan pengalaman makan

ilustrasi ramen (unsplash.com/Huyen Bui)

Ramen selalu disajikan dalam satu mangkuk besar berisi mi, kuah, dan topping yang langsung tercampur. Setiap suapan menghadirkan perpaduan rasa gurih dari kuah dan lembutnya mi yang menyerap bumbu. Kuah panasnya menjadi bagian utama yang membuat ramen terasa menenangkan, terutama saat disantap di cuaca dingin.

Sementara itu, tsukemen disajikan dengan konsep terpisah antara mi dan kuahnya. Kuah tsukemen biasanya disajikan lebih sedikit dalam mangkuk kecil dan memiliki rasa lebih kental. Saat makan, mi yang telah direbus dicelupkan ke kuah tersebut setiap kali ingin disantap.

Penyajian terpisah ini membuat tsukemen terasa lebih interaktif. Kamu bisa mencelupkan mi sebentar untuk rasa ringan atau lebih lama untuk rasa yang lebih kuat. Konsep ini juga membuat mi tetap kenyal, karena tidak terendam lama di kuah panas. Beda dengan ramen yang kuahnya langsung menyatu sejak awal, tsukemen memberi ruang bagi kamu untuk menikmati setiap gigitan secara perlahan.

2. Tekstur mi mempengaruhi karakter rasanya

ilustrasi mi tsukemen (commons.wikimedia.org/ayu oshimi)

Mi pada ramen umumnya berukuran tipis dan lentur agar mudah menyerap kuah. Ketika disantap, mi terasa lembut dan berpadu sempurna dengan kaldu yang gurih. Tekstur lembut inilah yang membuat ramen terasa ringan meskipun disajikan dengan kuah berminyak. Berbeda dengan ramen, mi untuk tsukemen dibuat lebih tebal dan kenyal. Tujuannya agar mi tetap kokoh saat dicelupkan ke dalam kuah yang panas dan pekat..

Perbedaan ketebalan mi ini juga berpengaruh pada rasa hidangan. Mi ramen cenderung menyerap kuah, sehingga cita rasa utamanya berasal dari kaldu. Sedangkan pada tsukemen, rasa mi justru menonjol karena tidak direndam lama. Kamu bisa merasakan aroma gandum dari mi tsukemen, sedangkan ramen lebih menonjolkan gurih kuahnya.

3. Kuah dan kaldu menentukan kekuatan rasa ramen dan tsukemen

ilustrasi ramen (pixabay.com/subarasikiai)

Kuah menjadi pembeda paling mencolok antara ramen dan tsukemen. Kuah ramen biasanya lebih encer dan berfungsi sebagai bagian utama dari hidangan. Setiap jenis ramen memiliki dasar kuah berbeda, seperti shoyu yang ringan, miso yang gurih, atau tonkotsu yang kaya lemak. Kuah ini bisa diminum langsung, karena rasanya seimbang dan tidak terlalu pekat.

Sementara itu, kuah tsukemen dibuat jauh lebih kental dan beraroma tajam. Biasanya menggunakan campuran tulang, ikan, atau rumput laut yang direbus lama hingga menghasilkan rasa sangat pekat.

Rasa kuah tsukemen yang kuat memang tidak dimaksudkan untuk diminum langsung. Setelah mi habis, biasanya pelayan akan menambahkan air kaldu panas agar sisa kuah bisa diminum dengan rasa lebih ringan. Hal ini menunjukkan bahwa tsukemen memang dirancang agar rasa gurihnya dinikmati sedikit demi sedikit. Kuahnya yang kental membantu mie tertutup rasa sempurna saat dicelupkan. Sedangkan ramen menawarkan sensasi kuah hangat yang bisa diminum hingga tetes terakhir.

4. Cara menyantap mengubah suasana makan

ilustrasi ramen (pixabay.com/allybally4b)

Saat menyantap ramen, kamu cukup mengaduk isi mangkuk dan langsung menikmati semuanya sekaligus. Setiap suapan terasa lengkap dengan kombinasi mi, kuah, dan topping. Karena praktis, ramen sering disantap oleh pekerja Jepang yang ingin makan cepat, tapi tetap puas. Berbeda dengan itu, tsukemen memberi pengalaman makan yang lebih perlahan. Kamu perlu mencelupkan mi ke kuah setiap kali akan dimakan, sehingga prosesnya terasa lebih tenang dan teratur.

Perbedaan ini membuat suasana makan keduanya terasa berbeda. Ramen identik dengan kehangatan dan kebersamaan, sering disantap bersama teman di kedai kecil. Sedangkan tsukemen lebih cocok untuk waktu santai karena ritme makannya lebih lambat. Bagi pecinta kuliner, sensasi mencelupkan mi ke kuah tsukemen dianggap sebagai bagian dari kenikmatan itu sendiri. Prosesnya sederhana, tapi justru di situlah letak keunikan yang membedakan tsukemen dari ramen.

5. Waktu dan musim menentukan pilihan menikmati keduanya

ilustrasi tsukemen (commons.wikimedia.org/Suiren2022)

Ramen paling cocok disantap saat udara dingin, karena kuah panasnya memberi rasa nyaman di perut. Banyak orang Jepang menjadikannya menu andalan di musim dingin atau disantap di malam hari selepas beraktivitas. Sementara tsukemen lebih sering disantap di musim panas. Kuahnya yang disajikan terpisah membuat mie tetap dingin dan segar, sehingga tidak terasa berat. Perpaduan mi dingin dan kuah gurih ini memberi keseimbangan rasa yang menyegarkan di tengah cuaca panas.

Selain faktor musim, waktu makan juga memengaruhi pilihan. Ramen sering dipilih untuk menu makan siang, sedangkan tsukemen cocok dinikmati saat malam ketika punya waktu lebih santai. Keduanya menunjukkan bahwa kebiasaan makan orang Jepang sangat memperhatikan suasana dan waktu. Meski sama-sama olahan mi, masing-masing punya momen terbaik untuk dinikmati.

Baik ramen maupun tsukemen sama-sama menggambarkan keragaman olahan mi Jepang yang kaya rasa dan teknik. Keduanya menawarkan pengalaman berbeda,  ramen dengan kuah panas yang menyatu dan tsukemen dengan gaya celup yang unik. Setelah tahu perbedaannya, kamu bisa menentukan sendiri apakah lebih suka sensasi hangat dari ramen atau rasa pekat dari tsukemen yang menggugah selera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team