5 Fakta Tentang 'Cincau', Jangan Cuma Rajin Disantap Saja!

Ditilik dari sisi etimologi, penamaan 'cincau' berasal dari dialek Hokkian yang dituturkan oleh kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Tepatnya, kata xiancao (仙草), yang rupanya merujuk pada nama tumbuhan, yakni Mesona spp. Tumbuhan inilah yang dijadikan bahan baku dalam pembuatan hidangan bertekstur kenyal ini.

Daun tumbuhan tersebut lantas diremas-remas (ataupun dihancurkan), lalu direndam di dalam air hingga rendaman tersebut terbentuk menjadi gel (kenyal). Selain itu, soda kue pun dapat ditambahkan sebagai bahan pengawet supaya Cincau dapat lebih tahan lama untuk dikonsumsi.

Cincau memiliki warna yang bervariasi, yakni hijau dan hitam. Usut punya usut, hal ini rupanya dipengaruhi oleh jenis tumbuhan yang digunakan untuk mengolah cincau. Misalnya, M. procumbens, M. chinensis, M. palustris akan menghasilkan cincau hitam, sedangkan Cylea barbata Myers dapat dipilih jika ingin membuat cincau hijau. 

Tekstur dan daya tahan dari kedua jenis Cincau tersebut pun berbeda. Cincau hitam lebih keras dan kenyal, sedangkan cincau hijau lebih rentan hancur. Selain itu, Cincau hitam juga lebih awet daripada cincau hijau.

Setelah terbentuk gel yang kenyal dari hasil perendaman, Cincau tersebut lantas diolah ke dalam beragam sajian dengan cara dipotong-potong berukuran kecil. Misalnya, campuran untuk es campur, ditambahkan teh, santan, hingga aneka hidangan manis lainnya.

Tak cuma menambah kelezatan hidangan, Cincau juga disinyalir menawarkan berbagai manfaat kesehatan. Mulai dari membantu meredakan panas dalam hingga memperlancar pencernaan. Selain itu, Cincau pun dibanderol dengan harga yang sangat ramah di saku dan terbilang mudah dijumpai. Terutama saat bulan Ramadhan, sebab Cincau memang kerap diolah sebagai menu berbuka puasa.

Nah, sudah lebih kenal dengan si kenyal ini kan? Yuk, santap lagi!