Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
anticuchos de corazon (instagram.com/cooking.again)

Menyantap jeroan memang sesuatu yang tidak aneh buat orang Indonesia. Hati ayam dan sapi pun bisa dibikin berbagai ragam makanan. Mulai digoreng, dibacem, sampai dibikin sate dan dibakar sampai matang dengan bumbu rempah. 

Hal serupa ternyata dilakukan pula oleh orang-orang Peru. Namanya anticuchos de corazon yang secara penampakan pun tidak asing. Ia biasa dijual sebagai streetfood di Peru dan pedagangnya tak pernah kehabisan penjual. Apa sih yang membuatnya spesial? Ini beberapa faktanya.

1. Dibuat dari hati sapi asal Peru yang dikenal tidak begitu berlemak

anticucho (instagram.com/marcodelabuenacomidacusco)

Melansir New Worlder yang melakukan wawancara dengan seorang pedagang anticuchos di kota Lima, panganan tradisional ini dibuat dengan hati sapi asal Peru karena dianggap lebih berdaging dan tidak begitu berlemak.  

Menurutnya, hati sapi Peru juga akan menghasilkan potongan yang sempurna untuk ditusukkan ke lidi bambu. Selain hati, pedagang anticucho biasanya juga mengolah bagian jeroan lain seperti usus dan babat. Tak beda jauh dengan ragam sate jeroan di angkringan. Hanya saja ukuran potongannya biasanya jauh lebih besar. 

2. Bumbu marinasinya termasuk aji panca 

anticucho (instagram.com/limo_artesanal)

Bumbu marinasi anticucho sebenarnya cukup standar. Dibutuhkan bawang putih, garam, merica, dan jintan. Namun, ditambah satu bahan khas yang bernama aji panca. 

Aji panca merupakan cabe berwarna merah tua bernama latin Capsicum chinense yang hanya tumbuh di Peru. Rasanya sedikit smokey dan biasa diolah menjadi pasta dengan cara diblender bersama sedikit minyak dan air. 

3. Pertama ditemukan oleh kalangan budak kulit hitam asal Afrika

anticucho (instagram.com/foodboozeshoots)

Sejarah anticucho de corazon cukup miris. Merujuk salah satu episode di serial dokumenter Street Food (2019) yang dirilis Netflix, panganan tradisional ini pertama ditemukan di kalangan budak kulit hitam asal Afrika yang dibawa koloni Spanyol untuk menggarap lahan tebu dan kapas. 

Para pemilik lahan biasanya memberikan jeroan sapi yang mereka sembelih kepada para budak. Jeroan biasanya dibuang oleh orang-orang Eropa karena dianggap sampah dan tidak layak untuk dikonsumsi. Dari situlah para budak memutar otak untuk bisa menyulap jeroan jadi makanan yang sedap. 

4. Mulai dijajakan di jalanan Lima pada tahun 1830an

anticucho (instagram.com/gabouk87)

Melansir New Worlder, antichuchos mulai merambah jalanan Lima di tahun 1830an. Namun, hingga beberapa abad setelahnya ia masih identik sebagai panganan untuk kelas bawah. 

Barulah di abad 21, anticuchos mulai diterima banyak kalangan. Bahkan sudah merambah restoran-restoran latin di Amerika Serikat. 

5. Biasa disajikan dengan kentang rebus atau jagung kukus

anticucho (instagram.com/catrinoms)

Kalau di Indonesia, sate biasa dimakan dengan lontong atau nasi. Di Peru, anticucho disajikan bersama kentang rebus atau jagung kukus.

Ditambah saus pedas yang dibuat dari cabe lokal Peru seperti rocoto, aji amarillo, atau daun huacatay

6. Kandungan nutrisi sate hati sapi

anticucho (instagram.com/andthenbratislava)

Selama ini jeroan selalu dianggap sebagai salah satu makanan sampah. Namun, ini tidak sepenuhnya benar. Merujuk WebMD, hati sapi adalah rumah untuk berbagai jenis vitamin, protein, dan mineral yang diperlukan tubuh untuk memproses makanan. 

Namun, memang mengonsumsinya secara berlebihan tidak dianjurkan. Selain memicu asam urat, hati sapi bisa mengandung kadar vitamin A yang tinggi sehingga bisa saja memicu keracunan bila dimakan tanpa kontrol. 

Anticucho de corazon bisa kamu coba bikin sendiri di rumah, nih. Tinggal buru aji panca sebagai bumbu marinasinya. Atau pakai saja cabe lokal yang dikeringkan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team