Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret pameran kuliner di Festival Budaya dan Kuliner Jejak Rasa, TMII, Jakarta Timur
Potret pameran kuliner di Festival Budaya dan Kuliner Jejak Rasa, TMII, Jakarta Timur (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Negeri Elok, komunitas kreatif ini mempersembahkan Jejak Rasa. Festival budaya dan kuliner yang resmi dibuka pada 18 Desember 2025 di Teater Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Jejak Rasa dibuka untuk umum pada 19-21 Desember 2025 untuk merayakan kekayaan warisan kuliner Indonesia melalui pasar malam dan berbagai pertunjukan tradisional. Festival ini juga menghadirkan tiga buku bertema kuliner.

Selain itu, festival ini menampilkan pemutaran film pendek yang diproduksi Didit Hediprasetyo Foundation dan Titimangsa. Pendiri komunitas Negeri Elok, Didit Hediprasetyo, mengatakan Jejak Rasa merupakan cara untuk merayakan tradisi kuliner Indonesia yang berakar kuat dan kisah-kisah di baliknya.

"Melalui festival ini, kami berharap dapat menyatukan masyarakat untuk kembali menemukan cita rasa, tradisi, dan ekspresi budaya yang menjadikan bangsa kita begitu beragam,” ujarnya di festival Jejak Rasa, TMII, Jakarta Timur, pada 18 Desember 2025.

Luncurkan trilogi buku ikon kuliner Nusantara

Salah satu hal menarik dalam festival ini adalah peluncuran trilogi buku ikon kuliner Nusantara. Tujuannya memperkenalkan pembaca tentang dunia kuliner Indonesia yang sarat makna. Ada buku berjudul Telusuri Jalanan Kami Bersama Soto, yang mengajak pembaca menjelajahi kekayaan soto khas Nusantara. Mulai dari jenis soto di berbagai daerah, karakter topping yang unik, hingga resep-resep soto.

Ada juga Telusuri Dapur Kami Bersama Sambal yang berisi sejarah sambal, jenis-jenis sambal, hingga kumpulan resep sambal. Terakhir, buku Telusuri Ladang Kami Bersama Nasi yang berisi penghormatan pada nasi sebagai fondasi kehidupan masyarakat Indonesia. Menampilkan informasi tentang beragam beras, olahan nasi sehari-hari, hingga sajian seremonial beserta lanskap dan tradisi yang melingkupinya.

Ketiga buku tersebut diterbitkan Adhvan Media, produsen dan penerbit karya literatur budaya dan gaya hidup yang dikenal dengan narasi penuh makna dan visual artistik. Trilogi ini mencerminkan dedikasi untuk mengumpulkan kekayaan warisan kuliner Indonesia.

Ditulis dalam Bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang, ketiga buku ini merupakan hasil riset mendalam dan konsultasi erat dengan para pakar kuliner Indonesia. Pengetahuan mereka mengenai bahan-bahan, sejarah, dan tradisi kuliner sangat memengaruhi isi buku.

Narasumber utama dalam buku tersebut adalah William Wongso, koki sekaligus diplomat gastronomi Indonesia. Selain itu, ada juga Profesor Murdijati Gardjito, akademisi dan cendekia terdepan dalam teknologi pangan dan gastronomi; serta Hardian Eko Nurseto, antropolog sosial. Proses pembuatannya turut didukung oleh wawasan dari Ade Putri Paramadita, praktisi dan pencerita kuliner.

Potret pameran kuliner di Festival Budaya dan Kuliner Jejak Rasa, TMII, Jakarta Timur (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Direktur Indofood, Axton Salim, menyampaikan, soto, sambal, dan nasi bukan hanya makanan sehari-hari. Makanan tersebut merupakan kisah yang menyatukan kita semua.

Di Indofood, hidangan-hidangan ini telah menginspirasi banyak produk mereka. Termasuk varian soto Nusantara dari Indomie, berbagai pilihan Sambal Indofood, hingga Bumbu Racik yang menghadirkan cita rasa autentik nasi goreng.

"Melalui inovasi tersebut, kami berupaya menghormati warisan Indonesia sekaligus menghadirkan kelezatannya ke meja makan di rumah dan di seluruh dunia,” kata Axton.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menambahkan, pelestarian dan pengembangan warisan kuliner memiliki nilai strategis. Tidak hanya dari sisi budaya, tetapi juga dalam memperkuat ekonomi kreatif. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor seperti Jejak Rasa dinilai menjadi bagian penting dalam menjaga keberlanjutan industri kuliner dan ekonomi kreatif nasional.

Pemutaran film tradisi kuliner dan budaya Yogyakarta

Potret pameran sambal di Festival Budaya dan Kuliner Jejak Rasa, TMII, Jakarta Timur (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Selain peluncuran trilogi buku, festival ini juga memutar film perdana Jejak Rasa Yogyakarta di Teater Keong Emas. Film pendek ini sebelumnya telah ditayangkan di Paviliun Indonesia pada Expo 2025 Osaka, Jepang.

Jejak Rasa Yogyakarta merayakan denyut budaya Yogyakarta, kehangatan masyarakatnya, serta tradisi kuliner yang kaya. Melalui interpretasi artistik yang modern, tetapi tetap berakar pada warisan.

Dibintangi oleh Maudy Ayunda, film ini menampilkan interpretasi barunya atas lagu legendaris Yogyakarta ciptaan KLa Project, yang diaransemen ulang secara orkestra oleh Tohpati.

Melalui visual sinematiknya, Garin Nugroho menangkap pesona Yogyakarta yang abadi serta perannya sebagai pusat tradisi dan kreativitas Indonesia. Film ini membawa penonton pada perjalanan emosional menyelami jiwa kota tersebut.

Editorial Team