Supaya bisa merangkul lebih banyak kalangan termasuk anak muda, Toko Oen mulai berubah wajah hingga dikenal sebagai "toko es krim" legendaris pada 2005. Peter mengatakan sejak tahun 90-an, pelanggan Toko Oen hampir 97 persen orang tua.
Pasalnya, anak-anak muda yang melihat Toko Oen sebagai restoran ala Belanda mengira harga menunya relatif mahal. Karena itulah, akhirnya Peter melakukan rebranding dengan menonjolkan es krim yang terjangkau.
"Awalnya beli es krim, kalau keenakan nongkrong lama-lama kan lapar juga, nah bisa pesan yang lain-lain," ujarnya.
Kali ini kami mencicipi banana split, chocolate parfait, dan tutty frutty. Resep es krim pun tidak berubah, mulai dari bahan, cara membuat, hingga alat pembuat es krimnya.
Ada empat rasa es krim yang dipertahankan, yakni cokelat, vanilla, stroberi, dan moka. Menurut saya pribadi, untuk es krim yang tidak full cream, teksturnya cukup lembut.
Rasanya legit, tapi sedikit terlalu manis untuk saya personally. Dibanding es krim saat ini, es krim kuno lebih cepat mencair, jadi kamu harus cepat menghabiskannya.
Untuk lidah saya yang keseringan "dimanja" es krim dan gelato yang banyak lemak susunya, saya tidak membencinya meski es krim kuno sepertinya bukan favorit saya. Namun kalau disantap bersama di tengah panasnya Kota Malang begini, selera rasa cuma jadi persoalan minor.