Baru-baru ini, dunia kuliner di Indonesia dihebohkan dengan gerakan boikot terhadap seorang food reviewer bernama William Enderson alias Codeblu, pemilik akun Instagram @codebluuu.
Awalnya, ia dipuji karena ulasan jujur dan tanpa ragu mengkritik makanan yang ia cicipi. Namun, lama-kelamaan, banyak orang mulai menyadari bahwa kritiknya seringkali terlalu berlebihan dan cenderung merugikan para pelaku usaha kuliner, baik UMKM maupun restoran besar.
Kasus ini bukan pertama kalinya Codeblu berselisih dengan pemilik bisnis kuliner. Ia pernah berseteru dengan Bang Madun, pemilik Madun Oseng Nyak Kopsah. Ia memberikan ulasan kurang baik tentang makanan yang telah dijual selama 25 tahun. Codeblu mengkritik harga, porsi, kebersihan, hingga pelayanan yang menurutnya tidak memuaskan.
Tak hanya itu, ia juga pernah bersitegang dengan food vlogger Farida Nurhan. Bahkan, sempat mengancam akan melaporkannya ke polisi jika tidak meminta maaf.
Kejadian terbaru yang membuat namanya semakin kontroversial adalah dugaan pemerasan terhadap sebuah toko roti populer, Clairmont. Akibat ulasannya yang dinilai lebih mencari sensasi dibandingkan objektivitas, warganet pun mulai bergerak untuk memboikot Codeblu.
Kini, mulai banyak orang yang tidak tahan dengan cara review Codeblu yang bisa merugikan bisnis kuliner. Bahkan, di Instagram muncul seruan boikot yang digagas @gastronusa.
Lantas, seperti apa gerakan boikot food reviewer ini? Dan bagaimana etika yang benar dalam mengulas makanan? Simak selengkapnya di bawah ini!