Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi daifuku mochi (vecteezy.com/Hussain Khan)
ilustrasi daifuku mochi (vecteezy.com/Hussain Khan)

Daifuku mochi adalah salah satu dessert khas Jepang yang sederhana tapi memikat. Kue ini terbuat dari adonan tepung ketan yang lembut dan kenyal, berisi pasta kacang merah manis (anko) di dalamnya. Teksturnya yang halus dan rasanya yang ringan membuat daifuku sering jadi simbol keseimbangan—manis tapi gak berlebihan, lembut tapi tetap kokoh. Namun, meski terlihat mudah, membuat daifuku yang mulus dan gak sobek saat dibentuk ternyata cukup tricky.

Agar hasilnya sempurna seperti yang dijual di toko wagashi Jepang, kamu perlu memperhatikan teknik dan proporsi dengan teliti. Yuk, simak lima tips penting berikut ini supaya daifuku buatanmu terasa lembut, lentur, dan tetap utuh saat dibungkus!

1. Gunakan tepung ketan Jepang (shiratamako atau mochiko)

ilustrasi tepung ketan (freepik.com/ jcomp)

Rahasia utama dari tekstur mochi yang lembut dan lentur terletak pada jenis tepung ketan yang digunakan. Untuk daifuku, sebaiknya gunakan shiratamako atau mochiko, yaitu tepung ketan Jepang dengan butiran sangat halus yang mudah menyerap air dan menghasilkan adonan elastis. Tepung ini berbeda dari tepung ketan biasa yang cenderung lebih padat dan sulit membentuk tekstur kenyal lembut khas mochi.

Kalau kamu menggunakan tepung ketan lokal, hasilnya bisa tetap enak, tapi teksturnya biasanya sedikit lebih berat dan mudah sobek saat dibentuk. Karena itu, penting untuk menyesuaikan jumlah air dan waktu menguleni agar adonan tetap lentur tanpa terlalu lembek.

Selain itu, pastikan kamu menyaring tepung terlebih dahulu sebelum mencampurkannya dengan bahan lain. Langkah ini membantu mencegah gumpalan kecil dalam adonan yang bisa bikin permukaan mochi jadi kasar. Hasil akhirnya akan lebih halus, lembut, dan berkilau seperti mochi premium dari Jepang.

2. Campurkan gula dan air hangat secara perlahan

ilustrasi tuang air ke adonan (freepik.com/freepik)

Gula bukan hanya memberi rasa manis, tapi juga berperan penting dalam membuat tekstur mochi lebih lembut dan tahan lama. Saat mencampur bahan, tuangkan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan spatula kayu atau whisk hingga adonan terasa halus dan kental seperti pasta. Menggunakan air hangat membantu gula larut sempurna dan membuat tepung lebih mudah mengikat air.

Jangan langsung menambahkan seluruh air sekaligus, karena adonan bisa jadi terlalu cair dan sulit diolah. Sebaliknya, tambahkan sedikit demi sedikit sampai konsistensinya pas—tidak terlalu kaku tapi juga tidak encer.

Setelah itu, kamu bisa mengukus adonan atau memasaknya di microwave dengan interval pendek sambil terus diaduk. Proses pemasakan bertahap ini membantu mochi matang merata tanpa gosong dan menghasilkan kekenyalan yang stabil.

3. Taburi maizena atau tepung kentang untuk mencegah lengket

ilustrasi taburi tepung (commons.wikimedia.org/Creative Commons)

Salah satu tantangan terbesar saat membuat daifuku adalah tekstur mochi yang super lengket. Untuk mengatasinya, kamu bisa menaburi permukaan kerja dengan tepung maizena (cornstarch) atau tepung kentang (katakuriko) sebelum mulai membentuk. Taburan ini akan berfungsi sebagai lapisan pelindung yang mencegah adonan menempel di tangan atau meja.

Gunakan saringan kecil untuk menabur tepung dengan halus agar mochi tidak terlalu tebal dilapisi. Jika terlalu banyak, tepung bisa menutupi rasa manis alami dari mochi dan membuat permukaannya terasa kering.

Setelah mochi dibentuk, kamu bisa mengibaskan sisa tepung berlebih menggunakan kuas halus. Dengan cara ini, hasil daifuku akan terlihat rapi, bersih, dan tetap lembut tanpa meninggalkan rasa tepung mentah di mulut.

4. Dinginkan isian sebelum dibungkus

ilustrasi isian daifuku (commons.wikimedia.org/Bernardo Mayer)

Isian daifuku biasanya berupa pasta kacang merah manis (anko), pasta kacang putih (shiro-an), atau bahkan potongan buah segar seperti stroberi. Apa pun isiannya, pastikan kamu mendinginkannya terlebih dahulu sebelum membungkus dengan adonan mochi. Isian yang masih hangat bisa membuat kulit mochi jadi lembek dan mudah robek.

Sebelum digunakan, bentuk isian menjadi bola kecil berukuran sama agar lebih mudah dibungkus. Simpan di kulkas selama beberapa menit sampai agak mengeras, tapi jangan sampai beku.

Proses pendinginan ini juga membantu menjaga keseimbangan tekstur antara kulit mochi yang kenyal dan isian yang lembut. Saat digigit, kamu akan merasakan perpaduan tekstur yang sempurna—kulit elastis yang melapisi isian manis lembut di dalamnya.

5. Bentuk daifuku dengan cepat dan hati-hati

ilustrasi bentuk adonan (freepik.com/freepik)

Setelah mochi matang dan agak dingin, proses membungkus isian harus dilakukan dengan cepat karena adonan mochi mudah mengeras jika dibiarkan terlalu lama. Ambil sepotong kecil adonan, pipihkan di telapak tangan, lalu letakkan isian di tengah. Tarik perlahan bagian tepi mochi ke atas hingga menutupi seluruh isian, lalu cubit ujungnya agar menutup rapat.

Kuncinya adalah bekerja dengan tangan yang sudah ditaburi sedikit tepung agar tidak lengket, tapi jangan terlalu banyak agar kulit mochi tetap halus. Lakukan gerakan lembut dan cepat supaya adonan gak robek.

Kalau kamu ingin hasil akhir yang cantik, bisa bulatkan kembali daifuku di telapak tangan hingga permukaannya halus. Setelah itu, simpan dalam wadah tertutup dan biarkan suhu ruang beberapa saat sebelum disajikan.

Membuat daifuku mochi yang lembut dan gak mudah sobek memang butuh latihan, tapi hasilnya sepadan. Dari memilih tepung ketan yang tepat, mengatur suhu air, hingga membentuk dengan hati-hati, semua langkah kecil itu punya pengaruh besar pada hasil akhirnya. Jadi, nikmati setiap prosesnya dengan sabar. Karena seperti filosofi Jepang sendiri, kesempurnaan itu datang dari ketenangan dan ketelitian dalam hal-hal sederhana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team