Setelah Joker melakukan debut di Festival Film Internasional Venice pada tanggal 31 Agustus lalu, para kritikus langsung bergegas untuk menulis ulasan mereka dan segera memberitahukannya kepada publik.
Sebagian besar kritikus memberikan pujian untuk film Joker, terutama dari segi narasi yang dianggap cukup kuat untuk merevolusi film bergenre comic book. Mereka juga menyebutkan bahwa transisi Phoenix dari komedian yang gagal menjadi seorang sosiopat layak diganjar dengan piala Oscar.
Namun tidak semua kritikus memiliki respon positif terhadap Joker. Beberapa kritikus menganggap bahwa sosok Arthur Fleck dinilai terlalu membahayakan, karena dapat memberikan penonton "ide yang salah" untuk melakukan balas dendam yang akan berakhir secara tragis.
Kritikus Vanity Fair, Richard Lawson, bahkan bertanya-tanya apakah Joker telah menjadi propaganda yang tidak bertanggung jawab untuk orang-orang yang menderita penyakit mental. Hal serupa juga diungkapkan oleh Stephanie Zacharek dari Time, yang merasa bahwa Arthur Fleck adalah gambaran dari sosok berbahaya yang dapat melukai orang lain.
Menurutnya, semua penderitaan yang dialami Arthur mengarah ke serangkaian kebrutalan, yang sebagian besar terjadi ketika dia mulai mengenakan pakaian badutnya. Kekerasan yang ia lakukan dianggap bisa membuatnya merasa lebih terkendali, dan mengurangi perasaan sedihnya.
Collin sendiri membuat sebuah tweet setelah menonton Joker di Festival Film Venice. Menurutnya, Joker adalah film yang bagus, tetapi ia khawatir bahwa seseorang akan terbunuh karenanya.
"Joker adalah film yang akan menimbulkan masalah, karena akan mempengaruhi orang yang menontonnya," ujar Collin dalam ulasan lengkapnya tentang Joker yang diterbitkan di The Telegraph.