ilustrasi film Gaza, Sinai, and The Wall (aljazeera.com)
Dari tahun 1948 sampai 1967, penduduk Sinai Mesir dan negara tetangga Gaza menganggap wilayah Sinai-Gaza sebagai satu wilayah. Namun dalam perang Arab-Israel tahun 1967, Israel berhasil merebut Sinai dan Gaza. Dua belas tahun kemudian, Israel dan Mesir setuju untuk menandatangani perjanjian damai untuk mengembalikan Sinai ke Mesir, namun pendudukan Israel di Gaza masih terus berlanjut hingga saat ini.
Pada tahun 1982, sebuah tembok besar pun dibuat untuk memisahkan Jalur Gaza dan Sinai. Sayangnya, adanya tembok besar ini justru berdampak buruk pada masyarakat Palestina. Film dokumenter ini mengeksplorasi kehidupan sehari-hari penduduk Palestina di jalur Gaza akibat tembok ini.
Gaza, Sinai, and The Wall membawa penonton ke dalam kehidupan nyata di daerah konflik, menyoroti kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat yang terjebak di tengah-tengah pertempuran. Menceritakan kisah individu dan komunitas yang hidup di sekitar tembok pembatas, film ini bukan hanya menyajikan konflik sebagai narasi besar namun juga sebagai pengalaman personal yang dirasakan oleh banyak orang di Gaza.
Dari gambaran dokumenter di atas, jelas terlihat bahwa sejarah konflik Israel Palestina sudah berlangsung sangat lama dan rumit yang melibatkan berbagai faktor dan ‘aktor’. Tak hanya menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa bersejarah, upaya pembongkaran kebenaran yang terkadang terpendam di balik berbagai narasi. Meski begitu, penonton tetap harus menjaga sikap kritis dan mencari sumber informasi yang beragam untuk memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh, pada dasarnya film dokumenter tetaplah interpretasi subjektif dari pembuat film itu sendiri.