Kualitas film yang berhasil menembus Oscar tentu tidak main-main. Mereka sudah melalui proses seleksi yang ketat. Tak heran kalau film-film tersebut berhiaskan wajah-wajah yang familier, yakni aktor-aktor berpengalaman.
Meski begitu, sadarkah kamu kalau ada beberapa film nominasi Oscar yang melibatkan aktor nonprofesional alias amatir. Tak sedikit yang langsung dapat peran utama alias lakon seperti keenam film berikut. Cermati, deh!
Film yang baru saja merengkuh empat piala Oscar 2023 ini ternyata tidak bertabur bintang. Hanya ada beberapa aktor kawakan di dalamnya, yakni Daniel Bruhl, Sebastian Huelk, dan Albrecht Schuch. Ketiganya hanya berperan sebagai aktor pendukung.
Sementara, keempat karakter utamanya kebanyakan bintang serial televisi. Felix Kammerer yang memerankan Paul Baumer bahkan debutan alias pendatang baru. Dengan begitu, Kammerer bisa dikategorikan aktor amatir.
Keputusan sutradara Edward Berger mungkin kamu anggap riskan. Menariknya, ia bukan satu-satunya sutradara yang berani mengambil risiko tersebut dan ternyata sukses. Gulir terus ke bawah kalau tak percaya.
Keputusan yang sama diambil Lukas Dhont saat menggarap Close (2022). Film yang bersaing dengan All Quiet on the Western Front di kategori Film Fitur Terbaik itu juga mendapuk dua aktor amatir sebagai lakon. Mereka adalah Gustav de Waele dan Eden Dambrine yang masing-masing berperan sebagai Remi dan Leo.
Meski baru pertama kali berakting, mereka mampu tampil prima. Pada 2017, Dhont pernah melakukan hal serupa dengan merekrut remaja 14 tahun bernama Victor Polster untuk mengambil lakon di film fitur debutnya, Girl.
Alfonso Cuaron juga melakukan hal yang sama pada film Roma (2018). Sinema hitam putih itu dibintangi seorang aktris amatir bernama Yalitza Aparicio. Sungguh mencengangkan, penampilan debutnya langsung mengantar Aparicio merebut satu nominasi Oscar, tepatnya di kategori Aktris Utama Terbaik.
Roma benar-benar jadi batu lompatan untuk Aparicio. Sejak itu, ia mulai rutin terlibat dalam proyek-proyek serial televisi Meksiko.
City of God atau Cidade de Deus (CDD) diambil dari nama sebuah kawasan permukiman kelas pekerja (favela) di Rio de Janeiro, Brasil. Meski dirilis pada 2002, latarnya terjadi pada 1960—1980-an.
Fernando Meirelles dan Kátia Lund sengaja merekrut penduduk sekitar untuk memerankan karakter-karakter dalam film. Hanya Matheus Nachtergaele yang merupakan aktor profesional. Itu pun hanya kedapatan peran pendukung.
Meski kontroversial karena dianggap mengeksploitasi kemiskinan dan mengglorifikasi kekerasan, City of God berhasil meraih empat nominasi Oscar. Film ini juga dibanjiri pujian dari berbagai media dan kritikus.
Siapa yang belum pernah nonton Children of Heaven? Sepertinya film ini sudah jadi tontonan wajib saat libur Lebaran, setidaknya pada era 2000-an. Sinema karya Majid Majidi ini dapat nominasi Oscar kategori Film Berbahasa Asing Terbaik (kini bernama Film Fitur Internasional Terbaik).
Seperti yang sudah bisa kamu tebak, dua lakon anak-anak di film ini diperankan aktor cilik amatir. Keduanya bahkan tidak melanjutkan karier mereka sebagai aktor.
Ini bukan pertama kalinya seorang sutradara Iran mendapuk aktor amatir dalam film. Abbas Kiarostami dan Jafar Panahi juga hobi merekrut aktor nonprofesional untuk karya mereka.
Praktik merekrut aktor nonprofesional ternyata sudah dilakukan di Italia pada 1940—1950-an. Vittorio de Sica jadi salah satu sutradara yang sering melakukannya. Salah satunya saat ia menggarap film Bicycle Thieves.
Ada dua lakon utama di sini, Lamberto Maggiorani sebagai sosok ayah dan Enzo Staiola sebagai sang anak. Maggiorani dan Staiola sempat bermain di beberapa proyek film lain setelah kesuksesannya itu.
Film ini jadi spesial karena berhasil meraih nominasi Naskah Terbaik di ajang Oscar. Mereka juga dianugerahi Honorary Award.
Tanpa membawa embel-embel nama besar, ternyata sebuah film bisa meraih sukses. Memang, bukan hanya faktor aktor, kekuatan naskah dan kemampuan mengarahkan juga berdampak besar terhadap kualitas sebuah karya sinematik.