Bukan hanya menampilkan keindahan Paris di tahun 2011, film ini juga memperlihatkan Paris di tahun 1920 lengkap dengan kejadulan dan fashion ikoniknya yang glamor. Gil Pender seorang novelis kawakan yang sedang berwisata ke Paris bersama Inez tunangannya merasa kesal karena ulah Paul, teman lama Ines yang merasa tau segala hal tentang Paris.
Ia pun kemudian menolak ajakan makan malam Paul dan memilih untuk berjalan-jalan sendiri sampai pada perjalan pulang ia tersesat dan tidak tahu arah menuju hotel tempat ia menginap. Di pinggiran jalan, ia duduk termenung dan kemudian jam besar di atasnya berbunyi yang menandakan pukul 12 malam.
Tiba-tiba, datanglah mobil Peugeot kuno menghampirinya dan mengajaknya untuk ikut berpesta.
I can never decide whether Paris is more beautiful by day or by night.
Dipesta inilah ia sadar bahwa orang-orang bukan berkostum memakai baju jadul tapi ia memang sedang berada di zaman dulu. Ia lalu bertemu dengan orang-orang hebat zaman dulu seperti Picasso, novelis F. Scott Fitzgerald dan Ernest Hemingway, pemusik Jazz Cole Porter dan jatuh cinta dengan Adriana.
Ternyata ia bukan hanya kembali ke tahun 1920 tetapi juga ke era 1890-an yang tak lain adalah era kejayaan Peranci menurut Adriana, tersesat dan tidak tahu arah menuju hotel tempat ia menginap. Di pinggiran jalan, ia duduk termenung dan kemudian jam besar di atasnya berbunyi yang menandakan pukul 12 malam. Tiba-tiba, datanglah mobil Peugeot kuno menghampirinya dan mengajaknya untuk ikut berpesta.