Setelah beberapa dekade menguasai pasar musik global, kini lagu-lagu berbahasa Inggris mulai disaingi lagu berbahasa asing, seperti Korea dan Spanyol. Banyak yang percaya bahwa kehadiran layanan streaming jadi salah satu faktor pemicu fenomena ini. Keberadaan mereka memungkinkan publik memilih dan mencari sendiri lagu-lagu yang disukai ketimbang menanti rekomendasi dari televisi atau radio.
Media sosial juga bisa jadi faktor berikutnya. Kini banyak orang berkiblat atau menjatuhkan pilihan dari opsi-opsi yang dibagikan sesama pengguna. Lagu-lagu pop menghentak dan ballad pun masih mendominasi selera publik yang mana ini sesuai dengan kebanyakan genre yang diusung penyanyi Latin dan Korea.
Khusus untuk penyanyi Latin, genre mereka cukup unik. Bukan pop biasa, melainkan trap dan reggaeton yang khas, yaitu perpaduan antara musik tradisional Latin, reggae, dan hip hop. Genre ini ternyata mampu membuat seluruh anggota tubuh tergoda untuk turut berdendang mengikuti alunan lagu. Tak heran popularitasnya terus menanjak.
Dulu, musik Latin masih didominasi penyanyi laki-laki, seperti Enrique Iglesias dan Marc Antony. Shakira dan Jennifer Lopez kemudian hadir menyemarakkan persaingan. Pada 2010-an, muncul Daddy Yankee dan Luis Fonsi, disusul J Balvin dan Maluma. Sampai pada 2020-an, musisi Latin perempuan mulai bermunculan dan mendapat apresiasi.
Kehadiran musisi Latin perempuan praktis memberi warna baru dengan menyertakan pesan-pesan pemberdayaan dan kesetaraan gender. Contohnya adalah beberapa musisi berikut. Jadikan jalan memperkaya khazanah musik Latinmu.