Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
The Hypnosis (dok. Garagefilm International/The Hypnosis)
The Hypnosis (dok. Garagefilm International/The Hypnosis)

Ingin nonton komedi yang gak cuma lucu, tapi menggelitik daya pikir kritismu? Ini saatnya beralih ke genre satire. Buat yang bingung mau mulai dari mana, coba cocokkan saja dengan profesi yang sedang kamu geluti. Ada pegawai startup sampai dokter

Sekalian menertawakan diri sendiri, stres langsung buyar. Ini sembilan rekomendasi film satire pereda stres yang dimaksud. 

1. The Hypnosis (2023), sebuah parodi pendiri startup

The Hypnosis (dok. Garagefilm International/The Hypnosis)

The Hypnosis mengikuti dua sejoli bernama Andre (Herbert Nordrum) dan Vera (Asta Kamma August) yang bersiap untuk pitching ide bisnis mereka ke investor. Beberapa hari sebelumnya, Vera melakukan tindakan hipnosis untuk menghentikan kebiasaan merokoknya. Tanpa sepengetahuannya, hipnosis itu ternyata membawa efek yang tak biasa. Bisakah mereka selamat di hari-H?  

2. This Is Going to Hurt (2022), memoar seorang dokter asal Inggris yang dibikin kocak

This is Going to Hurt (dok. Sister Pictures/This is Going to Hurt)

Dibalik gelar menterengnya sebagai dokter spesialis, Adam Kay ternyata punya banyak pengalaman aneh dan unek-unek yang tak sanggup ia pendam sendiri. Bersama BBC, ia pun memproduksi serial yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya sendiri sebagai dokter junior di sebuah rumah sakit di Inggris.

Bergenre dark-comedy, serial ini dibuat interaktif. Ben Whishaw yang memerankan Kay beberapa kali berbicara ke arah kamera untuk melontarkan lawakan dan sindirannya. 

3. The Square (2017) memfitur polemik hidup pengelola galeri seni

The Square (dok. Festival de Cannes/The Square)

Terkenal sebagai spesialis film satire, Ruben Ostlund mencoba mengkritisi pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan orang-orang kelas atas di film The Square. Salah satunya pria pengelola galeri seni yang tone deaf (ketidakmampuan memahami situasi dan norma sosial secara konsisten) dan akhirnya dapat balasan atas berbagai keputusan kontroversialnya.

Ini adalah film pertama Ostlund yang berhasil raih Palem Emas di Cannes Film Festival. 

4. Age of Panic (2013), saat konsentrasi seorang reporter terbelah di tengah liputan

Age of Panic (dok. Film at Lincoln Center/Age of Panic)

Sebelum dikenal luas lewat Anatomy of a Fall, Justine Triet pernah merilis film provokatif berjudul Age of Panic pada 2013. Filmnya mengekor kehidupan seorang reporter yang ditugaskan untuk meliput sebuah aksi demonstrasi di Paris. Namun, di tengah tugas genting itu, konsentrasinya terpecah karena kemelut perebutan hak asuh anak dengan mantan kekasih. 

5. Do Not Expect Too Much From the End of the World (2023), realitas profesi influencer

Do Not Expect Too Much of the End of the World (dok. 4 Proof Film/Do Not Expect Too Much of the End of the World)

Sering dianggap salah satu pekerjaan yang menjanjikan, ternyata tak semua influencer bernasib baik. Salah satu yang harus merasakan sisi getirnya adalah Angela (Ilinca Manolache), pemengaruh yang berbasis di Bucharest, Rumania dan tak punya banyak opsi proyek untuk dipilih. Apa boleh buat, demi menyambung hidup, ia akhirnya menerima sebuah proyek dengan risiko tinggi. 

6. The Menu (2022) soroti profesi koki yang penuh tekanan

The Menu (dok. Searchlight Pictures/The Menu)

Koki juga sering dimasukkan dalam salah satu profesi berpenghasilan tinggi. Namun, di balik itu semua ada yang harus mereka korbankan. Isu ini dilibas dalam film The Menu.

Sosok koki terkenal di film ini diperankan Ralph Fiennes. Ia sengaja mengundang beberapa orang terpilih ke restoran barunya yang terletak di sebuah pulau terpencil. Menjanjikan menu-menu eksklusif dan kejutan, ternyata ada rencana tersembunyi yang ia siapkan buat para undangan. 

7. The Boss of It All (2006), bukti eksekutif perusahaan pun gak selalu nyaman

The Boss of It All (dok. Unifrance/The Boss of It All)

Digarap Lars von Trier pada 2006 sebelum film-film fenomenal provokatifnya menghebohkan dunia, The Boss of It All adalah satire apik yang memotret realitas para eksekutif perusahaan. Tak sedikit dari mereka yang ternyata menggunakan cara-cara licik untuk bertahan di tengah tekanan dan persaingan.

Dalam film, diceritakan kalau sebuah perusahaan menggunakan nama fiktif untuk dicantumkan dalam jajaran direktur. Namun, satu hari, sosok fiktif ini harus hadir dalam sebuah acara dan mereka pun terpaksa menyewa aktor untuk memerankannya. 

8. Don't Look Up (2021) ketika kepentingan politisi dan saintis bertabrakan

Don't Look Up (dok. Netflix/Don't Look Up)

Dalam Don't Look Up, politisi dan saintis dibenturkan dengan cara kocak dan menggelitik. Semua dimulai dengan temuan astronom soal komet yang bakal menghantam bumi dan menimbulkan kerusakan besar. Ia dan timnya berusaha menginformasikan ini ke pemerintah agar bersiap. Namun, ternyata para pembuat kebijakan justru skeptis akan temuan itu. 

9. Triangle of Sadness (2022) kritisi hampir semua profesi

adegan film Triangle of Sadness (dok. NEON/Triangle of Sadness)

Film yang antarkan Ruben Ostlund raih Palem Emas kedua sepanjang kariernya, Triangle of Sadness ternyata memparodikan banyak profesi sekaligus. Dimulai dari dua pemengaruh yang diundang ke sebuah pesta eksklusif di sebuah kapal pesiar, mereka dipertemukan dengan banyak orang dari berbagai profesi. Mulai dari pendiri startup, oligarki, sampai para kru kapal yang mencerminkan kasta sosial. Cukup seru dan kaya komentar sosial. 

Meski profesimu tak masuk dalam film-film di atas, menonton kesembilannya bukan sesuatu yang salah. Kamu bakal diajak berpikir kritis lewat humor sarkasnya yang mengena. Siapa tahu satire jadi genre favoritmu mulai sekarang, nih. 

 

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team