Sebuah undangan muncul di aplikasi messenger kala siang hari saat orang sedang menikmati waktu istirahatnya. "A Touch of Jazz: featuring Gabrielle Stravelli." Dalam sekejap pertanyaan muncul di benak kepala, "Siapakah Gabrielle Stravelli?" Tak butuh waktu lama untuk mengecek YouTube dan mendengarkan seperti apa musik yang dia mainkan.
Hanya dalam sepersekian detik, keputusan sudah ada di tangan. Link registrasi langsung dikunjungi dan jari jemari ini mulai mengetik menuliskan nama serta institusi asal. Bagaimana tidak bergerak cepat? Suara indah Gabrielle yang hanya bisa kamu dengarkan lewat layar kaca, tiba-tiba dapat dinikmati secara langsung dan gratis pula. Di dalam benak pun terbesit bahwa bukan tidak mungkin itu adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk bertemu penyanyi jazz tersebut.
Selasa (10/7), pulang lebih awal dari kantor ternyata menjadi opsi yang tepat. Dengan beralasan mengajukan liputan (dan itu memang liputan), kaki ini sudah dapat dijejakkan di luar gedung 30 menit sebelum rekan-rekan yang lain berbondong-bondong berjalan keluar. Persiapan di rumah menjadi strategi perang mengikuti konser ini. Laptop pun ditaruh di atas meja, hanya menyisakan kamera yang mendekam di dalam tas. "Ini akan menjadi malam yang menyenangkan di Buro," pikirku.
Benar saja. Sekitar pukul 18.30, Gabrielle naik ke atas panggung, memberikan sejumlah sambutan kepada pengunjung, lalu langsung menyanyikan sejumlah balada jazz. Begitu halus, tenang dan menghanyutkan, namun di sisi lain juga sangat berenergi, Gabrielle menghipnotis penonton untuk menikmati setiap nada jazzy yang ada saat itu.
Ada dua lagu yang begitu mengait telinga ini. Yang pertama adalah lagu The Cake of My Childhood. Sebelum menyanyikannya, Gabrielle menjelaskan bahwa lagu ini terinspirasi dari sebuah makanan di Moldova sana di mana jika nama makanan itu diterjemahkan maka artinya adalah kue masa kecil. "It's a beautiful name. Why not makes it as a song?" ujarnya. Hasilnya adalah lagu yang dia bawakan di atas panggung selama kurang lebih tiga menit.
Lagu kedua dan cukup mencengangkan di telinga bagi mereka semua yang hadir di sana adalah lagu dengan lirik Bahasa Indonesia. Gabrielle tidak mengatakan judul lagunya, namun hanya memberikan kisi-kisi: "Everyone know this song," dan memang, seluruh pengunjung cukup tahu lagu itu. Itu adalah lagu berjudul Ayatri dari karya musisi Indonesia termasyur, Ismail Marzuki.
Perfect. Kata itulah yang seketika muncul mengomentari konser ini. Tetapi secara pribadi ada dua hal yang kurang melengkapi malam itu: sebuah minuman dan seorang kekasih.
Kurang lebih satu jam lamanya, Gabrielle yang ditemani bassist Patrick O'Leary dan rekan-rekan musisi jazz Surabaya tersebut mengakhiri konser yang diadakan Konsulat Jenderal A.S. tersebut. Wawancara atau obrolan singkat adalah langsung menjadi pikiran utama, dan sungguh beruntung panitia mau memberikan kesempatan tersebut.
Hanya 10 menit lamanya perbincangan tersebut karena Gabrielle harus berangkat kembali ke Banyuwangi, akan tetapi banyak hal yang bisa digali dari dia. Seperti bagaimana dia mengenal awal mula jazz, siapakah tokoh yang menginspirasinya, serta tentang sejarah hitam musik jazz itu sendiri. Hanya satu pertanyaan yang luput di malam itu, "Bagaimana rasanya Cake of My Childhood di Moldova?"