Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan adegan dalam film The Running Man (2025)
cuplikan adegan dalam film The Running Man (2025) (dok. Paramount Pictures/The Running Man)

Intinya sih...

  • Christine (1983) - Film adaptasi karya Stephen King yang menampilkan mobil menyeramkan dan perubahan hidup seorang remaja.

  • The Running Man (1987) - Film adaptasi dengan nuansa 80-an yang kurang mendapat perhatian, namun layak ditonton.

  • Sometimes They Come Back (1991) - Adaptasi terburuk dalam daftar ini, film thriller tentang hantu-hantu yang meneror seorang guru bernama Jim Norman.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Stephen King punya beberapa novel horor paling melegenda sepanjang masa, dari The Shining, Carrie, Pet Sematary, hingga It. Keempat novel tersebut diadaptasi menjadi film-film yang sangat populer, dan nama Stephen King selalu disebut-sebut atas keberhasilan tersebut. Para pembaca setianya pasti tahu kalau ada banyak buku Stephen King yang diadaptasi ke film selain judul-judul yang sudah disebutkan di atas, kan.

Bisa dibilang, Stephen King adalah penulis yang sangat produktif, nih. Ia menghasilkan satu novel setiap tahunnya, lho. Jadi gak heran kalau banyak novelnya yang diadaptasi ke layar lebar maupun TV. Salah satu karyanya yang mendapat pujian adalah The Mist, tapi ada juga yang dapat rating jelek seperti Maximum Overdrive. Bahkan adaptasi film ini disebut sebagai film terburuk dari karya Stephen King.

Namun, ada beberapa karya film dan TV dari adaptasi buku Stephen King yang sama sekali gak mendapat perhatian saat dirilis, tapi bukan berarti gak layak tonton, nih. Apalagi cerita-cerita yang dibuat Stephen King sangat menghibur sekaligus membuat kamu gak berhenti menebak-nebak alur ceritanya. Kisah-kisahnya sangat mengerikan, lucu, bahkan menyentuh hati. Nah, inilah beberapa adaptasi karya Stephen King yang paling gak menerima perhatian, tapi masih layak banget untuk kamu tonton. Penasaran?

1. Christine (1983)

cuplikan adegan dalam film Christine (dok. Polar Film Corporation/Christine)

Dalam film adaptasi karya Stephen King ini, kamu akan dibuat takut pada sebuah mobil. Itulah yang ditulis Stephen King dalam buku Christine. Adapun, John Carpenter mengadaptasi novel tersebut ke layar lebar. Ia berhasil membuat mobil klasik di novel itu tampak menyeramkan.

Christine menceritakan seorang laki-laki bernama Arnie (diperankan Keith Gordon). Dia remaja yang kesepian, sering dirundung di sekolah dan gak berani berbicara dengan perempuan. Kemudian Arnie mendapat sebuah mobil, memperbaikinya, hingga membuatnya seperti jagoan. Nah, dari sinilah kehidupannya berubah.

Tiba-tiba, beberapa gadis mendekati Arnie. Arnie pun semakin percaya diri dan merasa keren karena punya mobil tersebut, yang dia beri nama Christine. Namun, mobil itu dirasuki roh jahat. Mobil tersebut bahkan mencari mereka yang suka merundung Arnie dan ngasih pelajaran dengan meneror sampai membunuh remaja-remaja nakal itu.

Sayangnya, Christine gak dianggap sebagai karya terbaik dalam filmografi John Carpenter. Yap, John Carpenter sendiri sukses dengan film Halloween (1978), They Live (1988), Assault on Precinct 13 (1976), dan masih banyak lagi. Padahal menurut banyak penggemar film, Christine itu film yang sangat bagus, lho.

2. The Running Man (1987)

cuplikan adegan dalam film The Running Man (dok. Braveworld Productions/The Running Man)

Adaptasi The Running Man juga masuk dalam daftar ini. Film ini memang gak mendapat perhatian lebih sebagai film adaptasi dari buku Stephen King maupun film yang dibintangi aktor sekelas Arnold Schwarzenegger. Namun, The Running Man layak banget kamu tonton jika kamu suka film khas era 80-an.

Versi adaptasi dari novel Stephen King ini gak segelap adaptasi sutradara Edgar Wright, yaitu film The Running Man yang rilis pada 2025. Sebaliknya, versi film era 80-an ini lebih nyaman dengan ide distopia yang berpusat pada reality show kompetisi ketimbang membahas permasalahan ekonomi secara serius. Pada tahun 1987, film ini masuk sebagai film fiksi ilmiah. Jadi gak heran kalau film ini diwarnai dengan set jadul, kostum yang konyol, dan teknologi yang gak mumpuni.

Gak heran juga, sih, kalau film original The Running Man ini gagal memikat penonton. Film ini sendiri dirilis pada tahun yang sama dengan film RoboCop yang sekilas mirip (dan tentunya jauh lebih baik). Nah, ini merupakan tahun yang sama ketika Arnold Schwarzenegger membintangi film Predator. Namun, gak ada salahnya jika kamu menonton film yang dibintangi Arnold Schwarzenegger ini.

3. Sometimes They Come Back (1991)

cuplikan adegan dalam film Sometimes They Come Back (dok. Come Back Productions/Sometimes They Come Back)

Sayangnya, penonton film harus mengakui kalau adaptasi buku Stephen King berjudul Sometimes They Come Back adalah adaptasi terburuk dalam daftar ini. Film ini adalah film buatan rumah produksi CBS. Sometimes They Come Back sendiri merupakan film thriller tentang hantu-hantu yang meneror seorang guru bernama Jim Norman.

Saat masih muda, Jim Norman gak sengaja melihat saudara kandungnya di bunuh oleh beberapa preman. Nah, saat ia menjadi guru, ia melihat murid-muridnya berubah menjadi penampakan yang sangat mirip dengan para preman yang pernah merundung dan membunuh saudara kandungnya saat masih kecil itu.

4. Dolores Claiborne (1995)

cuplikan adegan dalam film Dolores Claiborne (dok. Castle Rock Entertainment/Dolores Claiborne)

Mungkin jika kamu mendengar nama Kathy Bates dan Stephen King, yang terbayang dibenak kamu pasti film Misery (1990). Yap, pasalnya Kathy Bates berhasil memenangkan Oscar untuk film tersebut. Mengingat peran Annie Wilkes yang melekat pada dirinya dikenal sebagai salah satu penjahat perempuan paling menakutkan dalam film horor sepanjang masa. Maka wajar jika Dolores Claiborne gak setenar film adaptasi Misery.

Dalam film Dolores Claiborne dari skenario yang diadaptasi oleh penulis skenario serial Andor (2022) dan film Michael Clayton (2007), yakni Tony Gilroy, Kathy Bates berperan sebagai Dolores, seorang perempuan yang dikucilkan di kotanya karena dituduh membunuh suaminya. Lalu dua dekade kemudian, Dolores kembali dituduh membunuh majikannya. Kemudian ia tinggal bersama putrinya, Selena (diperankan Jennifer Jason Leigh) yang sudah lama gak ketemu. Nah, disinilah ia diteror dengan hantu-hantu dari masa lalunya.

5. Storm of the Century (1999)

cuplikan adegan dalam film Storm of the Century (dok. Mark Carliner Productions/Storm of the Century)

Buku-buku Stephen King diadaptasi menjadi banyak film dan serial televisi yang luar biasa. Jadi wajar banget jika Stephen King sendiri mencoba menulis skenario. Namun, ada skenario yang ditulisnya ternyata gagal total. Maximum Overdrive (1986), misalnya, menjadi karya Stephen King yang buruk.

Namun, berbeda dengan karya yang ditulis Stephen King ini. Pada 1999, Stephen King menerbitkan skenario untuk Storm of the Century, sebelum diadaptasi menjadi miniseri, yang kemudian ditayangkan di ABC pada tahun yang sama. Storm of the Century sendiri berlatar di pesisir New England. Andre Linoge (diperankan Colm Feore), merupakan seorang laki-laki yang menebar teror di kota kecil yang ia datangi lewat kekuatan supernaturalnya.

Kisah yang ditulis Stephen King ini ternyata berhasil di mata penonton dan kritikus. Sayangnya, Storm of the Century kurang mendapat perhatian. Nah, Stephen King sendiri bahkan bilang kepada The New York Times bahwa itu adalah karya miniseri terbaik yang pernah ditulisnya. Ia bilang, "Itu adalah favorit saya dari semuanya."

6. 11.22.63 (2016)

Stephen King bukan hanya produktif, tapi dia menulis buku dengan cukup panjang dan kompleks, lho. Pada tahun 2011, Stephen King menerbitkan buku berjudul 11/22/63, sebuah buku panjang tentang perjalanan kembali ke masa lalu untuk mencegah pembunuhan Presiden John F. Kennedy pada tanggal yang disebutkan dalam judul.

11.22.63 merupakan salah satu karya terbaik Stephen King. Buku ini pun diadaptasi ke layar kaca oleh Hulu. 11.22.63 pun lahir, sebuah miniseri delapan bagian yang dirilis pada tahun 2016. Sayangnya, miniseri ini gampang dilupakan.

James Franco dipilih untuk memerankan Jake Epping, seorang laki-laki yang menemukan portal ke masa lalu di sebuah restoran. Saat memasuki portal mesin waktu, Jake Epping selalu dibawa kembali ke hari yang sama di tahun 1958. Dia menyadari bahwa, selama dia bisa bersembunyi dan gak diketahui siapapun selama lima tahun, dia punya kesempatan untuk menyelamatkan nyawa JFK.

Jake Epping dibantu oleh seorang laki-laki bernama Bill Turcotte (diperankan George MacKay). Akting MacKay juga gak kalah keren. Kerja sama keduanya membuat film 11.22.63 sungguh menarik untuk kamu tonton, nih.

7. 1922 (2017)

Pada tahun 2017, layanan streaming Netflix menunjuk penulis sekaligus sutradara Zak Hilditch untuk mengadaptasi buku 1922, sebuah novella dari buku Full Dark, No Stars. Meskipun Stephen King dianggap sebagai penulis horor yang punya cerita gak masuk akal, tapi Stephen King juga lihai dalam menulis kisah tentang emosional anak-anak. Nah, 1922 sendiri punya penggambaran brilian tentang anak-anak yang berdamai dengan kematian.

Film ini berlatar tahun yang disebutkan dalam judul. Wilfred (diperankan Thomas Jane) mengalami gangguan mental karena menjadi tulang punggung di tengah ekonomi yang berantakan. Putranya, Henry (diperankan Dylan Schmid), mengagumi ayahnya sendiri meskipun ia takut pada ayahnya. Alhasil, Wilfred memengaruhi anak laki-lakinya itu untuk membunuh ibunya, Arlette (diperankan Molly Parker), agar mereka bisa mendapat uang asuransi jiwanya.

Tentu saja, setelah melakukan perbuatan mengerikan itu, Henry dan Wilfred dapat ganjarannya. Mereka diteror dengan kejadian-kejadian aneh. Film 1922 adalah film brutal dan melankolis tentang kesedihan dan rasa bersalah. Sayangnya, 1922 gak terlalu menarik banyak perhatian saat dirilis di Netflix. Namun, film ini masih bisa kamu tonton kalau kamu penasaran sama kisah yang mirip dengan sinetron di Indonesia.

8. In The Tall Grass (2019)

In the Tall Grass merupakan sebuah novella yang ditulis Stephen King bersama putranya, Joe Hill. Kisahnya menceritakan tentang sekelompok orang yang tersesat di padang rumput tinggi yang luas dengan adegan horor. Kritikus bilang, film ini mirip seperti Children of the Corn (1984), hanya saja gak semenarik itu.

Sutradara Vincenzo Natali digaet dalam adaptasi film ini. Namanya terkenal lewat film-film kultus seperti Cube (1997) dan Splice (2009). Adapun, sebagian besar cerita In The Tall Grass berlatar di satu lokasi, dan film Cube mengadaptasi latar belakang di satu lokasi juga. Jadi cocok banget digarap Natali.

Namun, yang terpenting, keseluruhan film ini didukung oleh akting brilian dari Patrick Wilson. Bintang The Conjuring dan Insidious ini sangat piawai dalam memerankan fanatisme religius yang menyelipkan kekuatan supernatural.

9. The Boogeyman (2023)

Pada tahun 2023, setahun sebelum film Heretic (2024) dan dua tahun sebelum film Companion (2025), bintang serial Yellowjacket (2021), Sophie Thatcher, membintangi The Boogeyman, sebuah film karya Rob Savage yang diadaptasi dari cerita pendek karya Stephen yang debut pada 1973. Cerita tersebut kemudian dimasukkan dalam buku Night Shift. Sayangnya, karya Stephen King ini kurang dilirik.

Cerita pendek tersebut berbentuk percakapan antara seorang terapis dan kliennya, seorang laki-laki yang yakin bahwa keluarganya dibunuh oleh hantu. Dalam film tersebut, terapis itu adalah Will Harper (diperankan Chris Messina), dan film ini berpusat pada kedua putrinya. Sadie (diperankan Shopie Thatcher) adalah seorang kakak perempuan, dan dia khawatir akan adik perempuannya, Sawyer (diperankan Vivien Lyra Blair), yang mengalami perubahan setelah kematian ibu mereka. Sawyer yakin ada sesuatu yang bersembunyi di lemari, di bawah tempat tidurnya, atau di sudut ruangan.

Tanpa membocorkan apa pun, The Boogeyman punya alur liar yang gak terduga. The Boogeyman adalah film horor bertema makhluk astral yang menggabungkan ketegangan dengan kengerian. Ada yang sudah menontonnya? Atau tertarik baru mau nonton?

10. The Running Man (2025)

Tahun 2025 menghadirkan sejumlah adaptasi film Stephen King yang diterima dengan baik oleh penonton dan kritikus, seperti adaptasi The Monkey karya Osgood Perkins, film The Life of Chuck karya Mike Flanagan, dan The Long Walk karya Francis Lawrence yang brutal. Tahun yang sama ini juga menghadirkan versi baru The Running Man karya Edgar Wright, yang pertama kali diadaptasi pada tahun 1987. Namun, ini bukan pembuatan ulang film aksi yang dibintangi Arnold Schwarzenegger, tapi film yang mencerirakan ulang kisah dari Stephen King dengan nuansa yang benar-benar baru.

The Running Man menggambarkan masa depan yang hancur oleh kesenjangan kelas ekonomi yang merajalela. Pasalnya, orang-orang yang tinggal di daerah kumuh gak punya pilihan selain ikut kompetisi reality show yang penuh kekerasan dan bahkan mematikan jika mereka ingin keluar dari kehidupan miskin mereka. Masuklah Ben Richards (diperankan Glen Powell), yang putrinya sakit. Ben marah, sangat marah dengan ketidakadilan tersebut. Ia pun ia dipaksa ikut serta dalam kompetisi The Running Man, sebuah acara ketika para kontestan harus bertahan hidup selama 30 hari. Nah, Ben pun bertekad untuk bertahan hidup karena dendam.

Sayangnya, The Running Man gagal di box office. Hal ini sungguh disayangkan. Film ini bagus, lho, menurut kritikus. Dalam novelnya, Stephen King berhasil membuat kisah yang mendahului zamannya. Ia sangat cerdik memprediksi bagaimana manusia mengubah penderitaan menjadi sebuah hiburan.

Meskipun disajikan lucu dengan humor gelap, The Running Man adalah film yang penuh amarah. Selain itu, film ini seolah mengkritik situasi politik kita saat ini.

Novel-novel Stephen King memang sering diadaptasi ke layar. Beberapa di antaranya bahkan di-remake lagi dalam versi yang lebih modern. Nah, 10 film dan serial dari adaptasi Stephen King di atas layak banget, sih, buat kamu tonton. Meskipun jarang dibicarakan, film dan serial tersebut mind blowing banget.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team