Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Uma Thurman dalam Pulp Fiction
Uma Thurman dalam Pulp Fiction (dok. Miramax/Pulp Fiction)

Intinya sih...

  • Uma Thurman mencuri perhatian sebagai Mia Wallace dalam Pulp Fiction dengan adegan dansa legendaris dan momen overdosis yang menegangkan.

  • Jennifer Saunders menghidupkan karakter Fairy Godmother dalam Shrek 2 dengan humor dan sisi gelap yang mengejutkan, membalikkan stereotip dongeng.

  • Olympia Dukakis memberikan kedalaman emosional sebagai Rose dalam Moonstruck, menjadi penyeimbang cerita yang penuh energi antara Cher dan Nicolas Cage.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia perfilman, sering kali perhatian publik tertuju pada pemeran utama yang mendominasi layar. Namun, ada kalanya justru aktris pendukung yang hadir sebentar mampu mencuri perhatian dan meninggalkan kesan mendalam. Dengan karakter kuat dan karisma alami, mereka menjadikan film lebih hidup, bahkan kadang lebih berkesan dari tokoh utamanya.

Momen seperti ini membuktikan bahwa peran pendukung tidak pernah bisa diremehkan. Dari aksi singkat yang memukau hingga performa emosional yang sulit dilupakan, para aktris ini membalikkan ekspektasi penonton. Mari kita lihat lima aktris pendukung yang sukses merebut sorotan dan membuktikan bahwa durasi singkat di layar bisa jadi momen abadi berikut ini!

1. Uma Thurman – Pulp Fiction (1994)

Pulp Fiction (dok. Miramax/Pulp Fiction)

Uma Thurman mungkin hanya tampil sekitar 32 menit dalam Pulp Fiction, tapi kehadirannya sebagai Mia Wallace begitu ikonik hingga sulit dipisahkan dari film itu sendiri. Di tengah dominasi John Travolta, Samuel L. Jackson, dan Bruce Willis, justru wajah Thurman yang paling diingat ketika orang menyebut karya Quentin Tarantino ini.

Dari adegan dansa legendaris hingga momen overdosis yang menegangkan, Mia Wallace adalah simbol keren sekaligus rapuh yang tak terlupakan. Akting Thurman dengan dialog khas Tarantino terasa tajam, dingin, sekaligus memesona. Bahkan poster film hanya menampilkan dirinya, bukan tokoh utama lainnya.

Fakta ini menegaskan betapa besar dampaknya dalam film meski tidak memegang porsi cerita terbesar. Ironisnya, Thurman hampir saja mundur dari proyek ini karena satu adegan, yang jika benar terjadi, mungkin akan mengubah sejarah perfilman modern.

2. Jennifer Saunders – Shrek 2 (2004)

Shrek 2 (dok. DreamWork Pictures/Shrek 2)

Ketika Shrek pertama kali dirilis, sang ogre hijau langsung jadi fenomena. Namun dalam Shrek 2, sorotan justru bergeser ke sosok Fairy Godmother yang disuarakan dengan brilian oleh Jennifer Saunders. Alih-alih hadir sebagai penyelamat, peri ini justru tampil sebagai penjahat utama yang licik, glamor, dan penuh ambisi.

Saunders menghidupkan karakter ini dengan kombinasi humor dan sisi gelap yang mengejutkan. Dari menyihir furnitur hingga menyanyikan lagu klasik Bonnie Tyler dengan penuh energi, Fairy Godmother jadi bumbu segar yang membuat film kedua ini lebih berkesan. Kejeniusan Shrek 2 dalam membalikkan stereotip dongeng semakin kuat berkat penampilan memukau Saunders.

3. Olympia Dukakis – Moonstruck (1987)

Moonstruck (dok. MGM/Moonstruck)

Banyak orang mengingat Moonstruck karena Cher berhasil memenangkan Oscar berkat perannya sebagai Loretta Castorini. Namun, jangan lupakan Olympia Dukakis yang juga membawa pulang piala bergengsi malam itu. Sebagai Rose, ibu Loretta, ia menjadi penyeimbang cerita yang penuh energi antara Cher dan Nicolas Cage.

Dukakis memberikan kedalaman emosional dengan cara yang sederhana tapi kuat. Ia tampil tajam, penuh humor, sekaligus menyentuh, terutama dalam adegan saat ia memperlihatkan sisi rapuh di balik ketegasan seorang ibu. Tidak mudah mengimbangi pesona Cher di puncak popularitasnya, tapi Dukakis berhasil melakukannya dengan elegan.

4. Jessica Lange – Big Fish (2003)

Big Fish (dok. Columbia Pictures/Big Fish)

Tim Burton dikenal dengan kisah-kisah penuh fantasi, dan Big Fish adalah salah satu filmnya yang paling menyentuh hati. Di antara parade karakter aneh dan ajaib, Jessica Lange sebagai Sandra Bloom tampil sederhana namun penuh kekuatan emosional. Meski perannya kecil, ia menjadi jembatan emosional antara ayah dan anak dalam cerita ini.

Salah satu adegan paling membekas adalah ketika Sandra menemani suaminya yang sakit parah dengan duduk di bathtub bersama, sepenuhnya berpakaian. Momen itu sederhana, tapi begitu penuh cinta dan kesedihan hingga membuat film ini melampaui sekadar dongeng visual. Dengan kehadiran singkatnya, Lange menunjukkan mengapa ia layak menyandang status aktris legendaris.

5. Ana de Armas – No Time to Die (2021)

No Time to Die (dok. MGM/No Time to Die)

Franchise James Bond selama ini sering dikritik karena cara menampilkan tokoh wanitanya. Namun, Ana de Armas sebagai Paloma menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam No Time to Die. Ia muncul sebagai agen muda yang tampak gugup, tapi segera membuktikan diri sebagai sosok penuh kemampuan dan pesona.

Meski hanya tampil sebentar, karakternya terasa segar dan mandiri, bahkan menolak jebakan klise sebagai Bond Girl yang jatuh hati pada 007. Justru dengan sikap tegas dan fokus pada misi, Paloma menjadi salah satu highlight film ini. Banyak penonton sepakat bahwa Ana de Armas berhasil mencuri perhatian hanya dengan beberapa menit tampil di layar.

Dari Uma Thurman hingga Ana de Armas, para aktris ini membuktikan bahwa peran pendukung bisa jadi pusat perhatian bila dimainkan dengan totalitas. Bukankah sering kali justru para pendukung inilah yang membuat sebuah film terasa lebih hidup dan tak terlupakan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team