potret Aku Jeje di kantor IDN, Jakarta, Rabu (8/10/2025) (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
Wawancara bersama Aku Jeje mendadak jadi serius saat ia mulai menceritakan soal kehidupan masa kecilnya. Saat masih kelas duduk di bangku kelas 6 SD, ia pernah menjadi pengamen di jalanan bersama anak-anak punk.
“Kelas 6 SD itu udah ngikut ngamen-ngamen di pinggir jalan, di lampu merah sama anak-anak punk,” kata Aku Jeje mengenang masa kecilnya.
Berangkat dari pengalaman tersebut, rasa cintanya terhadap musik mulai tumbuh, meski keluarga dan lingkungan terdekatnya tidak ada yang berkecimpung di dunia tersebut. Hingga pada 2019, ia berkesempatan untuk bernyanyi di salah satu kafe yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan, setiap malam Sabtu dan Minggu. Namun, seiring waktu, ia merasa mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, diusir secara halus.
“Entah kenapa, kayak ada fitnah gitu, gak ngerti juga, sampai akhirnya si manajemen kafe ini tuh dari harganya 250 ribu, itu ngurangin, kayak ngusir aku pelan-pelan. Dari 250 ribu jadi 200 ribu, terus 150 ribu, 100 ribu, 50 ribu sampai akhirnya ujung-ujungnya cuma dikasih air putih,” ungkap penyanyi bernama asli Mohammad Zaydan Hasan Mubarok Mustaqim Firdaus Al Ghazali Al Hasan Bin Abdul Qodir Al Husein tersebut.