Alasan Avatar: The Last Airbender Jadi Kartun Terbaik Sepanjang Masa!

Avatar: The Last Airbender adalah serial kartun televisi yang penuh dengan adegan laga. Serial kartun ini ditayangkan perdana pada 21 Februari 2005. Serial kartun TV ini mengejutkan banyak penonton karena menampilkan dunia fantasi dengan seorang Avatar yang dapat mengendalikan elemen di wilayahnya masing-masing. Keempat elemen itu adalah air, tanah, api, dan udara.
Saat Negara Api yang jahat berperang melawan tiga kerajaan, dua remaja bersaudara dari Suku Air Selatan, Sokka dan Katara, menemukan seorang bocah pengendali udara bernama Aang. Aang membeku dalam es selama hampir 100 tahun, kemudian berhasil hidup kembali. Aang juga adalah Avatar, istilah sosok legendaris yang bertugas menjaga keharmonisan di antara empat kerajaan. Aang diharuskan menguasai keempat elemen untuk mengalahkan Raja Api dan mengembalikan keseimbangan dunia.
Meskipun premis ini terdengar mirip dengan banyak fantasi lainnya, Avatar: The Last Airbender menjadi serial kartun Nickelodeon yang sangat sukses. Serial kartun ini akhirnya melahirkan dua musim berikutnya dan seri sekuel berjudul Avatar: The Legend of Korra, yang berfokus pada karakter-karakter baru. Lalu, mengapa Avatar: The Last Airbender menjadi serial kartun terbaik sepanjang masa? Yuk, kita cari tahu alasannya!
1. Meski premisnya monoton, Avatar: The Last Airbender mampu mengembangkannya dengan sangat sempurna
Avatar: The Last Airbender berhasil mengubah dan mengontekstualkan genre monoton yang diusungnya. Faktanya, konsep Avatar merupakan subversi dari "Yang Terpilih" karena membawa gagasan reinkarnasi. Setiap kali seorang Avatar mati, Avatar lainnya bereinkarnasi menjadi pengendali baru, sesuai dengan urutan siklus api, udara, air, dan bumi.
Sebelum adanya Aang, misalnya, ada seorang Avatar pengendali api bernama Roku. Itulah sebabnya, Raja Api bernama Sozin memusnahkan sebagian besar Pengembara Udara. Hal ini mencetuskan Perang Seratus Tahun tak lama setelah Aang, secara tidak sengaja, membekukan dirinya.
Setiap Avatar juga memiliki kemampuan pertahanan yang disebut Avatar State. Ini memungkinkan setiap Avatar untuk mengakses keterampilan dan pengetahuan dalam situasi yang sulit, tapi hal itu pun ada batasnya. Jika Avatar terbunuh saat berada dalam Avatar State, siklus reinkarnasi akan terputus dan Avatar tersebut tidak akan dilahirkan lagi.
Seperti yang dikatakan Avatar Roku, "Dalam Avatar State, kamu berada pada kondisi paling kuat, tetapi juga berada pada kondisi paling rentan."
2. Selain Aang, banyak karakter pendukung yang digemari banyak penonton
Aang adalah tokoh protagonis yang sangat unik dan menarik. Namun, dalam Avatar: The Last Airbender, pemeran pendukungnya tidak kalah menariknya dengan karakter utamanya, lho. Katara, misalnya, meskipun menjadi pemeran pendukung dalam serial kartun ini, dia berhasil menonjolkan sikapnya yang sangat keibuan dan menginspirasi. Padahal, masa lalunya cukup kelam. Sejak kecil, Katara harus kehilangan sosok ibunya.
Ada juga Sokka yang menjadi karakter pendukung. Meskipun bukan seorang pengendali air, seperti adik perempuannya, ia terlihat sebagai pejuang yang hebat. Di sisi lain, Toph Beifong, seorang pengendali tanah yang baru diperkenalkan pada awal musim kedua, adalah seorang gadis difabel netra yang memiliki intuisi yang kuat lewat kemampuannya sebagai pengendali tanah. Kekuatannya ini pun tak bisa dipandang sebelah mata.
Selain itu, ada bison terbang yang merupakan sahabat setia dari Aang yang bernama Appa. Appa bukan sekadar binatang yang selalu membawa Aang dan para sahabatnya bepergian. Ia juga merupakan pemandu bagi roh Aang. Ada pula lemur bersayap bernama Momo. Momo adalah binatang yang sangat ceria. Momo masih memiliki hubungan khusus dengan Aang dan Appa. Nah, karakter-karakter pendukung inilah yang membantu Aang menjadi pahlawan muda yang menyenangkan.
3. Avatar: The Last Airbender berhasil membuat penonton terharu dengan karakter Zuko dan Paman Iroh
Banyak penggemar Avatar: The Last Airbender yang setuju bahwa Pangeran Zuko dari Negara Api adalah karakter terbaik dalam serial kartun tersebut. Itu karena karakternya berkembang dengan baik dari waktu ke waktu. Saat muncul pada episode perdana serial kartun tersebut, Zuko adalah sosok jahat yang suka marah dengan rambut kucir kudanya. Zuko terobsesi untuk menemukan Avatar. Namun, seiring dengan perkembangan serial kartun ini, terungkap detail-detail tentang masa lalunya. Karena hal inilah, Zuko menjadi karakter yang mengundang rasa simpatik.
Zuko juga memiliki sosok paman yang bijaksana dan penuh perhatian bernama Paman Iroh. Iroh dengan setia menemani Zuko untuk memburu Avatar. Walau Zuko dibesarkan oleh seorang ayah yang keras, Iroh selalu melihat sisi baik dari keponakannya itu. Kisah yang mengharukan ini menjadi alasan utama mengapa kedua karakter ini dianggap sebagai karakter favorit bagi banyak penggemar serial kartun Avatar.
4. Serial animasi yang melahirkan kreator-kreator profesional
Awalnya, banyak yang menyangka bahwa serial kartun Avatar: The Last Airbender mirip dengan anime atau kartun Jepang. Namun, Avatar bukanlah anime. Memang benar, pembuat serial kartun Avatar, Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko, terinspirasi dari anime saat membuat kartun televisi tersebut. Di sisi lain, Avatar: The Last Airbender bukanlah kartun Barat pertama yang terinspirasi dari anime. Namun, dengan kesuksesan dan kualitasnya, Avatar justru menginspirasi animasi Barat, seperti RWBY dan Steven Universe.
Seni dan gaya animasi Avatar, seperti tato panah di dahi Aang, dipikirkan dengan sangat matang. Ia pun memiliki makna khusus. Adegan laga dalam kartun tersebut juga menarik perhatian karena koreografi pertarungannya sangat efektif dan tidak main-main.
Selain itu, karier tim produksi di balik kartun Avatar: The Last Airbender juga sangat profesional dan sukses. Dave Filoni, misalnya, menjadi orang di balik kartun Star Wars: The Clone Wars dan Star Wars Rebels. Ada juga Ethan Spaulding yang menjadi sosok di balik film animasi Mortal Kombat Legends: Scorpion's Revenge. Jadi, kartun Avatar: The Last Airbender tidak boleh diremehkan. Dari serial kartun ini, lahir kreator-kreator sukses.
5. Avatar: The Last Airbender menjadi salah satu trilogi terhebat sepanjang masa
Ada juga yang berpendapat bahwa Avatar: The Last Airbender adalah salah satu trilogi terhebat sepanjang masa. Serial ini terdiri dari 3 musim dan setiap musimnya mencakup sekitar 20 episode. Satu episodenya berdurasi kurang dari 30 menit dan semuanya sangat fantastis.
Meskipun dalam episode "The Great Divide", penggemar menganggapnya sebagai episode terburuk dalam kartun Avatar, ia masih mendapatkan rating IMDb sebesar 7,0. Saat ini, episode tersebut merupakan episode dengan rating terendah, sedangkan episode Avatar dengan rating tertinggi mendekati angka 10. Wow!
6. Avatar: The Last Airbender sangat ramah untuk semua kalangan
Avatar: The Last Airbender awalnya ditayangkan sebagai kartun anak-anak di Nickelodeon. Namun, bukan berarti ia tidak mampu menggaet penonton dari segala usia, lho. Dalam episode "The Desert", misalnya, kelompok Avatar mencari Appa yang diculik di Gurun Si Wong.
Saat Katara memberi tahu yang lain bahwa persediaan air mereka habis, Sokka melihat kaktus di dekatnya. Sokka lalu meminumnya bersama Momo. Air kaktus ini membuat Sokka dan Momo berhalusinasi, yang mengarah ke beberapa adegan paling lucu dalam episode tersebut.
Ada pula adegan ketika Sokka melihat awan jamur di kejauhan (sebenarnya debu pasir). Kemudian, Sokka berkata, "Itu adalah jamur raksasa. Mungkin ramah!" Adegan-adegan seperti ini yang membuatnya sangat ramah untuk banyak kalangan. Orang dewasa pun sangat suka dengan kartun Avatar: The Last Airbender.
7. Adegan mengharukan dalam Avatar: The Last Airbender
Avatar: The Last Airbender juga menyertakan banyak momen emosional, terutama pada dua musim terakhir acara tersebut. Salah satu contoh terbaiknya adalah "The Tale of Iroh". Ini merupakan salah 1 dari 6 sketsa episode Book Two yang berjudul "The Tales of Ba Sing Se".
Alasan utama mengapa Paman Iroh sangat peduli pada Zuko karena Zuko mengingatkannya pada putranya sendiri, Lu Ten. Lu Ten adalah seorang prajurit pasukan Negara Api yang terbunuh secara tragis selama 600 hari Pengepungan Ba Sing Se yang dilakukan ayahnya. Ya, "The Tale of Iroh" dibuka dengan tokoh protagonis utama dalam kartun itu, saat Iroh berjalan ke kota untuk membeli keranjang piknik.
Sepanjang jalan, Iroh bertemu dengan beberapa penduduk kota. Iroh lantas membantu saat mereka mengalami kesulitan. Adegan ini berakhir saat Iroh membuat kuil kecil untuk Lu Ten di bawah pohon besar di atas bukit. “Selamat ulang tahun, Anakku,” kata Iroh, "kalau saja aku bisa membantumu." Momen mengharukan seperti inilah yang membuat Avatar: The Last Airbender digemari banyak penonton.
8. Avatar: The Last Airbender menyimpan pesan yang sangat bermakna dan bijaksana
Meskipun awalnya diperuntukkan sebagai kartun anak-anak yang menyenangkan, Avatar: The Last Airbender nyatanya sering mengangkat tema-tema dewasa, seperti dampak dari peperangan dan memberi tahu bahwa perang bisa mengarahkan pemerintahan totaliter yang kuat seperti Negara Api. Pada episode akhir pertengahan musim Book Three, "The Day of Black Sun", Zuko berhadapan dengan ayahnya sendiri, Raja Api bernama Ozai yang menyebarkan paham fasisme.
“Saat tumbuh dewasa, kami diajari bahwa Negara Api adalah peradaban terbesar dalam sejarah. Entah bagaimana, perang adalah cara kami berbagi kehebatan kami dengan seluruh dunia,” ujar Zuko, "sungguh kebohongan yang luar biasa."
Hal ini tergambar jelas dengan sikap Zuko yang sangat setia kepada Keluarga Kerajaan sekaligus menyadari kesalahan yang pernah dibuat ayahnya pada masa lalu. Zuko menyatakan, "Orang-orang di dunia takut dengan Negara Api. Mereka tidak melihat kehebatan kita. Mereka membenci kita dan kita pantas mendapatkannya. Kita telah menciptakan era ketakutan di dunia. Jika kita tidak ingin dunia menghancurkan dirinya sendiri, kita perlu menggantinya dengan era perdamaian dan kebaikan." Zuko kemudian mengaku kepada Ozai bahwa dia pergi untuk membantu Avatar. Ini merupakan langkah besar untuk menebus kesalahan-kesalahan Zuko pada masa lalu.
9. Avatar: The Last Airbender dibalut dengan beragam budaya
Avatar: The Last Airbender terinspirasi dari banyak budaya di kehidupan nyata, khususnya budaya dari Asia Timur dan Selatan. Namun, kartun ini mampu menyampaikannya dengan sangat sopan. Kartun Avatar berhasil menghormati budaya-budaya tersebut.
Menurut penulis Maya Phillips dari The New York Times, serial kartun Avatar berhasil merangkul banyak kebudayaan dengan sangat cermat meskipun hal itu sangatlah rumit. Phillips juga mengapresiasi para penulisnya yang sadar akan adanya hubungan antara dunia nyata dan sebuah cerita fiksi. Mereka bahkan melibatkan Edwin Zane, mantan Wakil Presiden New Media Action Network untuk orang Asia-Amerika sebagai konsultan untuk serial kartun Avatar.
Nickelodeon merupakan rumah bagi banyak kartun favorit anak-anak di seluruh dunia. Siapa yang tak kenal SpongeBob SquarePants dan Rugrats? Namun, tidak ada satu pun kartun Nickelodeon yang memiliki nilai budaya yang menakjubkan seperti Avatar: The Last Airbender. Nah, mumpung akhir pekan, tidak ada salahnya, dong, kamu nonton live action Avatar: The Last Airbender yang tayang di Netflix!