Maneki neko (dok. wikipedia.org/wiki/Maneki_neko)
Ada dua kisah legenda yang menjelaskan alasan maneki neko dikaitkan dengan keberuntungan. Kisah pertama mengisahkan seorang janda miskin yang terpaksa meninggalkan kucing kesayangannya karena tidak mampu lagi memberinya makan. Suatu malam, kucing tersebut mengunjunginya dalam mimpi, memaafkannya, dan memintanya untuk membuat patung kucing untuk mengenangnya. Sang janda pun mengumpulkan uang untuk membeli tanah liat dan membuat sebuah patung kucing kecil yang ia pajang di jendelanya.
Tidak lama kemudian, keberuntungan sang janda berubah. Masyarakat sekitar membantunya keluar dari kemiskinan. Orang-orang yang meminjam patung kucing keberuntungan tersebut juga mengalami peningkatan rezeki. Kabar tentang patung kucing keberuntungan pun tersebar luas, dan banyak orang yang ingin membeli patung buatan sang janda. Akhirnya, ia pun hidup dengan makmur.
Kisah kedua berlatar pada abad ke-17 dan mengisahkan seorang biksu di kuil Buddha Gōtoku-ji yang memiliki seekor kucing putih kesayangan. Meskipun kuil tempatnya tinggal hampir runtuh, sang biksu tetap setia merawat kucingnya. Ketika ia berkata kepada kucingnya bahwa ia harus mencari tempat tinggal baru, sang kucing memilih untuk tetap tinggal di dekat pemiliknya dan duduk di gerbang kuil (torii). Suatu hari, seorang bangsawan kaya bernama Ii Naotaka melewati kuil tersebut saat terjadi badai petir. Ia berlindung di bawah sebuah pohon besar.
Tiba-tiba ia melihat seekor kucing putih memanggilnya ke arah gerbang kuil. Karena penasaran, ia pun menghampiri kucing tersebut. Tepat setelah ia mencapai gerbang kuil, petir menyambar pohon tempatnya berlindung dan menumbangkannya. Naotaka pun selamat berkat kucing tersebut. Ia kemudian merenovasi kuil Gōtoku-ji yang kini dikenal sebagai "Kuil Kucing". Kuil yang terletak di Setagaya-ku, Tokyo ini dihiasi dengan banyak patung kucing putih untuk mengenang kucing keberuntungan yang menyelamatkan nyawa Naotaka.