Ariel Noah saat acara "Ngobrol Bareng Pidi Baiq 'Dilan ITB 1997' & 'Dilan Amsterdam' di Jakarta, Rabu (5/11/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Salah satu alasan kuat yang membuat Ariel akhirnya menerima peran ini adalah karena kedekatannya dengan Pidi Baiq, sang penulis novel Dilan, yang juga berasal dari Bandung. Ariel mengaku sudah lama mengagumi karya-karya Pidi lewat The Panas Dalam.
Selain itu, kisah yang diangkat dalam Dilan ITB 1997 terasa sangat dekat dengan pengalaman pribadinya.
"Salah satu alasannya sebenarnya ya karena itu, karena scene yang terjadi itu sangat-sangat familiar, pernah ngalamin. Apalagi tahun '97 itu gue inget keadaan di Bandung kayak gimana. Kulturnya lagi kayak gimana anak mudanya saat itu. Jadi malah membuat jadi menarik, kayak berkhayal balik ke zaman dulu," papar Ariel.
Lebih menarik lagi, Ariel mengaku punya hubungan personal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), persis seperti Dilan. Setelah lulus SMA, ia sempat mendaftar ke Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Sayang, ia ditolak.
"Saya tuh waktu dulu sempet, lulus SMA itu sempet daftar ke ITB sebetulnya. Jadi ngambil jurusan Seni Rupa, tapi gak keterima. Masuknya habis itu di Unpar jadinya, jadi arsitektur," kenangnya sambil tertawa.
Melalui sosok Dilan, Ariel merasa seperti diberi kesempatan kedua untuk mewujudkan keinginannya menjadi mahasiswa Seni Rupa ITB, yang dulu sempat diidam-idamkannya.
"Melalui ini, kayaknya saya bisa ngerasain, deh, jadi anak Seni Rupa ITB, gitu. Begitu kepikiran mau jadi anak Seni Rupa ITB tuh 'Oh, pas kuliah entar gini, pakaiannya gitu, pergaulannya begini tuh' udah kebayang, gitu. Bayangan itu hilang pas enggak diterima. Cerita itu ada di kepala, versi Ariel kalau keterima di Seni Rupa ITB tuh kayak gimana," tuturnya.