Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Dena Rachman di penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa
potret Dena Rachman di penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Intinya sih...

  • Dena Rachman debut sebagai produser film dokumenter Raminten Universe: Life is a Cabaret karena terkesima dengan karakter Raminten

  • Dena berharap film ini dapat mendokumentasikan perjalanan Kanjeng Hamzah Sulaiman serta nilai-nilai kemanusiaan

  • Sebagai produser, Dena merasa bangga setelah melihat hasil akhir film tersebut karena telah memberikan segalanya untuk proyek tersebut

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Dena Rachman kembali menjajal dunia baru. Kali ini, aktris sekaligus model yang pernah melenggang di panggung New York Fashion Week (NYFW) 2017 tersebut debut menjadi produser lewat film dokumenter berjudul Raminten Universe: Life is a Cabaret.

Pertama kali jadi produser dan ikut terjun langsung dalam proses riset, pembuatan film, hingga editing, Dena tak menyangka akan ada rasa bangga yang muncul setelah ia menonton sendiri hasil akhirnya.

1. Alasan Dena Rachman debut produser lewat film Raminten Universe: Life is a Cabaret

potret Dena Rachman di penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Dena Rachman menceritakan, awalnya tidak terlalu familier dengan karakter Raminten. Kendati demikian, ia merasa excited saat Nia Dinata, sutradara film Raminten Universe: Life is a Cabaret, mengajaknya untuk bergabung menjadi produser karena ia sendiri pernah berkunjung ke salah satu restoran milik Raminten dan memiliki pengalaman yang berkesan di sana.

“Waktu itu aku amaze, gak pernah tahu banget seperti apa itu Raminten. Tapi yang aku tahu waktu itu, aku sangat terkesima dengan konsep restorannya yang menurut aku sangat estetik. Ada nuansa Jawanya, tapi unik,” ungkap Dena Rachman di Auditorium Institut français Indonésie (IFI), Jakarta, pada Selasa (16/9/2025).

Dena juga tertarik bergabung dengan proyek film dokumenter ini karena sejalan dengan judul karya tulis ilmiahnya. Ia mengatakan, “Tahun 2022-2023, aku ngambil S2 lagi di London School of Economics. Aku ambil Gender, Media, and Culture. Saat itu, aku memang udah punya plan atau interest untuk advokasi lagi melalui media, terutama film. Dan waktu itu, disertasi aku kebetulan tentang Erasure of Queer Representation in Mainstream Film Industry in Indonesia.”

2. Harapan Dena Rachman untuk proyek film Raminten Universe: Life is a Cabaret

potret Dena Rachman di penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Dena kemudian menegaskan, pembuatan film ini semata-mata hanya bertujuan untuk mendokumentasikan perjalanan Kanjeng Hamzah Sulaiman, serta warisan budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ditunjukkan oleh mendiang semasa hidupnya. Oleh karena itu, Dena berharap pesan-pesan yang disampaikan lewat film ini bisa diterima dengan baik oleh para penonton.

“Mudah-mudahan film ini bisa diterima, pesan dari cerita ini yang sebenarnya tentang kekuatan transformatif dari kebaikan dan inklusi yang terbaik. Jadi bagaimana kita bisa mencintai orang lain tanpa syarat apa pun.”

Dena juga mengaku sangat bersyukur karena proyek film ini memberinya kesempatan untuk mengenal sosok Kanjeng Hamzah Sulaiman dengan lebih dekat sebelum beliau meninggal dunia pada 23 April 2025. Menurutnya, mendiang adalah sosok yang sangat menginspirasi sebagai seorang seniman dan budayawan legendaris di Jogja.

“Beliau pakar seni, seniman legendaris. Beliau paham betul soal seni dan budaya, terutama budaya Jogja. Beliau sangat mencintai budaya Jogja dan berhasil mengawinkan budaya tradisional Jogja dengan seni kontemporer yang menjadi suatu bentuk pertunjukan yang menarik, yang bisa kita nikmati, dari segi art and culture,” kata Dena Rachman mengenang sosok Kanjeng Hamzah Sulaiman.

Di samping itu, Dena mengaku kagum dengan sosok mendiang karena kesuksesannya sebagai seorang pengusaha, serta memiliki jiwa sosial yang tinggi yang selalu mengutamakan kesejahteraan para karyawannya.

3. Dena Rachman bangga sama diri sendiri setelah melihat hasil akhir film ini

suasana penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa (dok. IDN Times/Rani Asnurida)

Sebagai seorang produser yang ikut terjun langsung dalam proses riset, pembuatan film, hingga editing, Dena Rachman tak menampik bahwa ia tentunya sudah mengetahui bagian-bagain mana yang akan membuatnya menjadi emosional. Tapi, ia sendiri tak menyangka bahwa akan ada rasa bangga yang muncul saat pertama kali menonton hasil akhir dari film tersebut.

“Aku melihatnya seperti aku riset, terus dapat banyak data, kita rangkum, kita tulis jadi sebuah karya tulis yang gak cuma informatif, tapi juga menarik untuk menjadi tontonan yang menghibur dan juga menyentuh. Jadi pas pertama kali nonton, aku jujur bangga sih sama diri sendiri, aku gak nyangka. Ini pertama kali jadi produser film, terus bagaimana pun hasilnya, aku sudah memberikan semuanya untuk film ini. Terima kasih buat kru yang kerja semuanya buat film ini,” ucap Dena dengan suara yang excited.

Raminten Universe: Life is a Cabaret ini sendiri merupakan film dokumenter yang mengikuti perjalanan kisah inspiratif Kanjeng Hamzah Sulaiman yang menjadikan seni dan budaya sebagai bahasa universal untuk menyatukan perbedaan.

Editorial Team