potret Dena Rachman di penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Jakarta, Selasa (dok. IDN Times/Rani Asnurida)
Dena kemudian menegaskan, pembuatan film ini semata-mata hanya bertujuan untuk mendokumentasikan perjalanan Kanjeng Hamzah Sulaiman, serta warisan budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ditunjukkan oleh mendiang semasa hidupnya. Oleh karena itu, Dena berharap pesan-pesan yang disampaikan lewat film ini bisa diterima dengan baik oleh para penonton.
“Mudah-mudahan film ini bisa diterima, pesan dari cerita ini yang sebenarnya tentang kekuatan transformatif dari kebaikan dan inklusi yang terbaik. Jadi bagaimana kita bisa mencintai orang lain tanpa syarat apa pun.”
Dena juga mengaku sangat bersyukur karena proyek film ini memberinya kesempatan untuk mengenal sosok Kanjeng Hamzah Sulaiman dengan lebih dekat sebelum beliau meninggal dunia pada 23 April 2025. Menurutnya, mendiang adalah sosok yang sangat menginspirasi sebagai seorang seniman dan budayawan legendaris di Jogja.
“Beliau pakar seni, seniman legendaris. Beliau paham betul soal seni dan budaya, terutama budaya Jogja. Beliau sangat mencintai budaya Jogja dan berhasil mengawinkan budaya tradisional Jogja dengan seni kontemporer yang menjadi suatu bentuk pertunjukan yang menarik, yang bisa kita nikmati, dari segi art and culture,” kata Dena Rachman mengenang sosok Kanjeng Hamzah Sulaiman.
Di samping itu, Dena mengaku kagum dengan sosok mendiang karena kesuksesannya sebagai seorang pengusaha, serta memiliki jiwa sosial yang tinggi yang selalu mengutamakan kesejahteraan para karyawannya.