Konferensi pers film Lara Ati [8/9/2022] (dok. IDN Times/Aulia Supintou)
Bukan rahasia lagi dikalangan para sutradara jika syuting di Surabaya cukup sulit. Hal ini terkait masalah perizinan hingga bagaimana cara mengangkat identitas Kota Surabaya.
Ternyata Bayu Skak bisa mendobrak stereotip tersebut. "Bahkan ketika saya syuting Lara Ati di Surabaya, teman-teman sutradara pada telepon. Loh kok iso kon (loh kok bisa kamu)? Loh kok bisa kamu syuting di Surabaya, izinnya gimana?" mulai sutradara berusia 28 tahun tersebut.
Menurut Bayu, untuk syuting di Surabaya memang butuh waktu dan tenaga ekstra. Karena tidak seperti di Jakarta, orang-orang Surabaya belum bisa menentukan biaya sewa ketika rumah mereka dijadikan tempat syuting.
Selain itu, karena tidak biasa, tentu ada beberapa hal yang asing untuk mereka. "Tapi yo berhubung aku dewe podo-podo (aku sendiri sama-sama) orang Jawa, jadi aku ikut mudun (turun) kalau recce," lanjut Bayu.
Ia menambahkan, "Awak dewe (kita) kan syuting Suramadu lampune murup (lampunya nyala). Padahal iku mati (itu mati) lho Suramadu. Kene (kita) benar-benar dimurupno (dinyalain). Yo opo carane (gimana caranya)? Yo koyok wong Jawa (Ya kayak orang Jawa). Maksudnya nyuwun sewu lah (minta izin lah)."