Dominasi laki-laki dan ras kulit putih dalam industri musik, terutama genre EDM (electronic dance music) terlihat jelas secara kasat mata. Coba saja sebutkan nama DJ dan produser musik EDM tersohor saat ini? Pasti tak jauh-jauh dari nama-nama pria kulit putih, seperti David Guetta, Alan Walker, Felix Jaehn, Martin Garrix, Gryffin (Daniel Griffith), Zedd (Anton Zaslavski), Marshmello (Christopher Comstock), dan lain sebagainya.
Profesor Samantha Warren dari University of Portsmouth lewat studinya memperkirakan bahwa jumlah pelaku bisnis perempuan di sektor musik EDM cukup terbatas. Yakni, hanya ada 10 persen DJ (disk jockey) dan 5 persen produser musik electronic-dance yang bergender perempuan pada level global.
Itu yang membuat kemunculan Peggy Gou jadi menarik. Selain ia perempuan, Gou berlatarbelakang Asia yang membuatnya menyandang status minoritas ganda di ranah EDM. Menerjang segala tantangan itu, karier Peggy Gou justru meroket sejak perilisan lagu "It Makes You Forget (Itgehane)" dan "Starry Night" pada 2018 dan 2019. Sempat terhenti karena pandemik, namanya kembali menyeruak lewat lagu terbarunya "(It Goes Like) Nanana" pada Juni 2023 lalu.
Gou jelas bukan satu-satunya DJ perempuan yang layak tembus ranah arus utama. Namun, apa yang membuat jalannya terbuka? Ini beberapa faktor yang menjelaskan terdongkraknya popularitas Peggy Gou.