cuplikan film Jennifer's Body (dok. 20th Century Fox/Jennifer's Body)
Namun, sebelum bisa resmi dapat label cult-classic, film juga harus memenuhi kriteria terakhir, punya legasi yang melampaui zaman. Pulp Fiction misalnya menginspirasi banyak sineas untuk meniru gaya bercerita nonlinear. Film lainnya seperti Midnight Cowboy (1969), Paris is Burning (1990), Drugstore Cowboy (1989), dan My Own Private Idaho (1991) pun memenuhi kriteria ini karena selain eksperimentalis, mereka berhasil menyampaikan pesan yang melampaui zaman seperti eksplorasi pertemanan antarlelaki, eksistensi komunitas LGBTQ+, dan dilema adiksi.
Sinema cult-classic lain seperti Jennifer’s Body (2009), Thelma & Louise (1991), Muriel’s Wedding (1994), Drop Dead Gorgeous (1999), Heathers (1988) bicara feminisme ketika belum banyak film yang melakukannya saat mereka dirilis. Intinya, film-film yang dapat cult-classic biasanya berhasil “lulus sensor” penonton masa kini yang lebih progresif dan melek. Itulah mengapa kelayakan beberapa film lawas legenda seperti Bully (2001), Buffalo ‘66 (1998), dan Sixteen Candles (1984) dapat label cult-classic masih jadi perdebatan. Mereka memang punya penggemar setia dan dikenal eksperimentalis, tetapi banyak aspek di dalamnya yang dianggap mengganggu atau tak lagi relevan pada masa kini. Seperti eksploitasi terhadap aktor di bawah umur dan mengandung candaan seksis atau misoginis.
Tidak ada pakem pasti tentang film cult-classic sebenarnya. Ada faktor subjektivitas dan konsensus yang berperan dalam penentuannya. Namun, kalau boleh merangkum garis besarnya, tiga kriteria tadi bolehlah disebut yang paling mencolok.