cuplikan adegan di Zomvivor (Dok.Mandee Work/Zomvivor)
Jika drama dan film sebelumnya mengambil latar kondominium dan rumah sakit, Zomvivor mengambil latar di sebuah universitas. Sebuah virus menyebar dengan cepat ke seluruh kota, membuat para penduduknya berubah menjadi zombie yang haus darah. Kota yang awalnya ramai dan damai, kini berubah mencekam dan menjadi wilayah yang berbahaya.
Sekelompok mahasiswa masih terjebak di gedung universitas, kampus mereka menjadi benteng terakhir yang melindungi dari serangan zombie yang semakin ganas. Koneksi internet diputus oleh pihak, sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun kecuali dengan orang yang di dalam kampus. Mereka terpaksa bertahan hidup tanpa bantuan dari luar.
Semakin lama tantangan bukan hanya sekadar dari zombie di luar kampus. Ketersediaan makanan dan air yang semakin menipis, memaksa mereka untuk mencari cara mendapatkan sumber daya untuk bertahan hidup. Selain itu, semakin lama terjebak di kampus mental mereka mulai lelah dan mengalami frustrasi. Konflik juga muncul di antara mereka, para mahasiswa dihadapkan pada ketidakpercayaan, perpecahan internal, dan pilihan sulit untuk bertahan hidup tanpa mementingkan moral.
Meskipun memiliki tema yang sama, film dan drama di atas mempunyai premis cerita yang berbeda-beda. Namun, ketiganya memberi gambaran bahwa rasa takut terkadang membuat manusia egois dan lebih mementingkan diri sendiri. Buat kamu penggemar cerita zombie, ketiga judul di atas sangat layak untuk menjadi tontonan akhir tahun yang menghibur.