Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
film Juliet in Paris
film Juliet in Paris (dok. Alizer Films/Juliet in Paris)

Intinya sih...

  • Eye of the Devil (1966) menghadirkan teror di rumah pedesaan Prancis dengan atmosfer dan rahasia gelap yang menyeramkan.

  • Juliet in Paris (1967) membuktikan bahwa durasi pendek bisa menciptakan pengalaman horor yang kuat dengan nuansa gelap yang kontras.

  • Spider Baby (1967) memadukan horor dan komedi dengan gaya campy, memberikan sensasi tidak nyaman sekaligus membuat penonton terhibur.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Film horor era 60-an sering kali dilupakan karena sorotan lebih banyak jatuh pada karya-karya horor modern yang penuh efek khusus. Padahal, dekade ini menyimpan banyak film menyeramkan yang punya nuansa unik dan berbeda. Film horor 60-an berhasil menghadirkan teror dengan cara yang sederhana tapi membekas di pikiran penontonnya.

Menontonnya serasa kembali ke masa di mana ketakutan dibangun lewat suasana, bukan sekadar jump scare. Menariknya, banyak dari film-film ini tidak begitu populer, bahkan sebagian besar mungkin belum pernah didengar oleh penonton masa kini. Seperti deretan film horor underrated tahun 60-an berikut ini yang bikin merinding.

1. Eye of the Devil (1966)

film Eye of the Devil (dok. MGM/Eye of the Devil)

Film horor asal Inggris ini menghadirkan suasana mencekam yang tidak terduga, apalagi dengan kehadiran bintang Hollywood, Sharon Tate. Ceritanya berpusat pada sebuah keluarga yang pindah ke rumah pedesaan Prancis yang baru saja mereka warisi. Namun, di balik dinding rumah megah tersebut, tersembunyi rahasia gelap yang sudah berakar ratusan tahun.

Meski tidak terlalu sukses secara komersial, Eye of the Devil dianggap sebagai salah satu karya horor Inggris yang underrated. Dengan setting pedesaan yang seharusnya tenang justru berubah menjadi sumber teror, film ini menunjukkan betapa efektifnya horor bisa dibangun dari atmosfer dan rahasia yang tersembunyi di balik keindahan.

2. Juliet in Paris (1967)

film Juliet in Paris (dok. Alizer Films/Juliet in Paris)

Film pendek berdurasi hanya 17 menit ini mungkin singkat, tapi kesannya mendalam. Dibintangi Juliet Berto, kisahnya mengikuti seorang mahasiswi di Paris yang perlahan-lahan menyerah pada dorongan aneh, termasuk hasrat vampir untuk meminum darah. Salah satu adegan paling ikonik adalah ketika Juliet tampak menangis darah dari balik kacamata hitamnya.

Walaupun dibuat di era French New Wave yang identik dengan warna-warni ceria, film ini justru hadir dengan nuansa gelap yang kontras. Juliet in Paris membuktikan bahwa durasi pendek bukan halangan untuk menciptakan pengalaman horor yang kuat. Film ini justru membuat penonton penasaran dengan intensitas yang dibangun dalam waktu singkat.

3. Spider Baby (1967)

film Spider Baby (dok. American General Pictures/Spider Baby)

Film ini memadukan horor dan komedi dengan cara yang unik, menghadirkan kengerian sekaligus keanehan. Ceritanya tentang tiga saudara kandung yang sudah dewasa tapi berperilaku seperti anak-anak. Sayangnya, permainan mereka bukan hal biasa melainkan berupa tindakan sadis dan pembunuhan yang membuat suasana film semakin mengganggu.

Dengan gaya campy dan humor gelap, Spider Baby berhasil memberikan sensasi tidak nyaman sekaligus membuat penonton terhibur. Film ini menunjukkan bahwa horor tidak selalu harus serius. Justru dengan menambahkan elemen komedi, rasa takut bisa semakin diperkuat karena penonton tidak pernah tahu apakah adegan berikutnya akan membuat mereka tertawa atau menjerit.

4. Viy (1967)

film Viy (dok. Mosfilm/Viy)

Diadaptasi dari cerita pendek Nikolai Gogol, Viy adalah film horor Rusia yang menggabungkan unsur fantasi, folklore, dan nuansa gothic. Ceritanya mengikuti seorang pendeta muda yang secara tidak sengaja membunuh seorang penyihir. Sebagai bentuk penebusan, ia diminta untuk berjaga di dekat mayat sang penyihir dan membacakan doa.

Namun, semakin lama ia berada di sana, semakin nyata horor yang harus ia hadapi. Keindahan visual film ini tidak kalah dari cerita menakutkannya. Dengan efek visual yang menawan untuk masanya, Viy menciptakan dunia surealis yang indah sekaligus menyeramkan. Film ini menawarkan pengalaman berbeda yang mendalami ketakutan sekaligus makna keimanan.

5. Blood and Black Lace (1964)

film Blood and Black Lace (dok. Monachia Film/Blood and Black Lace)

Sebagai salah satu pelopor film giallo Italia, Mario Bava menghadirkan Blood and Black Lace dengan gaya visual ikonik. Berlatar dunia mode, film ini menceritakan serangkaian pembunuhan brutal yang dipicu oleh keberadaan sebuah buku harian penuh rahasia. Dari musik jazz mencekam hingga darah palsu berwarna merah mencolok, film ini memikat sekaligus menakutkan.

Yang membuatnya menarik adalah perpaduan antara dunia glamor para model dengan teror yang mengintai di balik layar. Bava berhasil menciptakan atmosfer yang penuh gaya sekaligus creepy, sehingga meski sudah berusia lebih dari setengah abad, film ini tetap relevan bagi penggemar horor maupun misteri pembunuhan.

Melihat bagaimana film-film ini mampu menakut-nakuti dengan cara yang berbeda, kita bisa belajar bahwa horor tidak selalu harus bergantung pada darah atau adegan sadis. Jadi, apakah kamu siap menjelajahi dunia horor tersembunyi dari tahun 60-an ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team